Untuk Bersekolah Tak Perlu Menjadi Kaya
Oleh Achmad Marzuki
Pegiat Farabi Institute dan anggota CSS
MoRA IAIN Walisongo Semarang
Sekolah adalah wadah pendidikan yang disediakan oleh negara. Sejauh ini
pandangan masyarakat terhadap sekolah selalu berpikiran biaya pendidkan cukup
mahal. Seolah mengindikasikan bahwa menjadi pintar harus memiliki uang
melimpah. Perbedaan pembayaran sekolah juga menentukan kualitas pendidikan.
Predikat yang dimiliki sekolah pun berbeda-beda. Mulai sekolah yang hanya
berstatus diakui, kemudian disamakan, dan akhirnya bertaraf internasional.
Biaya sekolah bertaraf internasional berbeda dengan sekolah bertaraf nasional.
Semakin besar biaya, semakin lengkap pula fasilitas di sekolah tersebut.
James Tooley dalam buku bertajuk sekolah untuk kaum miskin terbitan alvabet
ini membuktikan bahwa untuk mengenyam pendidikan tidak perlu kaya. Orang miskin
pun, pada dasarnya sama-sama layak menerima ilmu pengetahuan secara adil.
Tooley melakukan riset tentang dunia pendidikan di daerah bermasyarakat miskin,
mulai dari india, nigeria, pedalaman china, hingga daerah dalam afrika. Riset
yang dilakukannya bermula saat ia menjadi guru matematika di pedesaan afrika.
Di sana lah tooley seperti menemukan ruh asli semangat pendidikan. (hlm. 12)
Banyak sekali ditemukan sekolah swasta untuk kaum miskin di Hyderabad yang
dibiayai secara mandiri.
Semangat pendidikan yang dibawa Tooley sangat menarik diperhatikan.
Terlebih cara penuturan dalam buku ini yang sebenarnya adalah laporan riset
menjadi menarik dibaca karena seolah ia bercerita. Dalam buku setebal empat
ratus tujuh puluh enam halaman kita diajak menyusuri pelbagai sekolah kaum miskin
yang gegap gempita mengejar pendidikan.
Sejauh ini, pihak pemerintah selalu mendiskriminasi kaum miskin. Seolah
mereka hanyalah sampai masyarakat yang tak patut mendapat pendidikan. Dalam
buku ini juga disebutkan, para sekolah beserta guru yang tengah berada di
daerah kota –yang sarat dengan pendidikan biaya mahal- meremehkan sekolah
swasta ini. Padahal jika mau jujur, sekolah swasta lebih dewasa, dalam artian
mereka berusaha membangkitkan jiwa wirausaha demi hidupnya sekolah tersebut.
Salah satu kota miskin yang diteliti tooley adalah Gansu, China. Kabarnya
di sana juga terdapat banyak sekolah kaum miskin. Ternyata Tooley menemukan
seorang kepala sekolah yang sangat mencintai pendidikan. “Inilah hobi saya,
mengelola sekolah. Akan mustahil bagi saya untuk berhenti meninggalkan
pekerjaan ini demi yang lain.” Demikian kata seorang kepala sekolah saat
diwawancarai (hlm. 151). Setelah wawancara selesai Tooley dipersilahkan untuk
istirahat sejenak. Pengembaraan Tooley dalam riset ini berlanjut ke lokasi lainnya,
yang juga merupakan sekolah kaum miskin. Untuk menekan sekolah swasta
membutuhkan stamina yang kuat, tidak ada angkutan umum menuju lokasi.
Penelitiannya ketika di Zimbabwe tidak mudah mendapat informasi. Hal ini
ternyata menyangkut sejarah antara Zimbabwe dan Inggris. 25 tahun sebelumnya
warga Zimbabwe diusir dari Inggris dan kepala sekolahnya merasa sakit hati. Ia
tidak mau info tentang sekolah kaum miskin ini tersebar ke penjuru dunia.
Kepala sekolah tersebut bahkan mengatakan kalau hasil riset Tooley hanyalah
sebuah omong kosong.
Merupakan hal baru bagi kita tentang keberadaan sekolah kaum miskin.
sepertinya Tooley ingin mengajak kita untuk berfikir ulang tentang keberadaan
dunia pendidikan. Apakah dunia pendidikan, dalam hal ini sekolah hanya diperuntukkan
kaum berpunya? Tentu saja tidak. Pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk
menghilangkan kebodohan di muka bumi ini dengan transver ilmu.
Data Buku
Judul: Sekolah untuk Kaum Miskin
Penulis: James Tooley
Penerbit: Alvabet, Jakarta
Cetakan: I, Februari 2013
Tebal: 476 halaman
*Pernah tayang di Radarseni.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar