Selasa, 21 Mei 2013

Resensi Sekolah untuk Kaum Miskin



Untuk Bersekolah Tak Perlu Menjadi Kaya
Oleh Achmad Marzuki
Pegiat Farabi Institute dan anggota CSS MoRA IAIN Walisongo Semarang
Sekolah adalah wadah pendidikan yang disediakan oleh negara. Sejauh ini pandangan masyarakat terhadap sekolah selalu berpikiran biaya pendidkan cukup mahal. Seolah mengindikasikan bahwa menjadi pintar harus memiliki uang melimpah. Perbedaan pembayaran sekolah juga menentukan kualitas pendidikan. Predikat yang dimiliki sekolah pun berbeda-beda. Mulai sekolah yang hanya berstatus diakui, kemudian disamakan, dan akhirnya bertaraf internasional. Biaya sekolah bertaraf internasional berbeda dengan sekolah bertaraf nasional. Semakin besar biaya, semakin lengkap pula fasilitas di sekolah tersebut.
James Tooley dalam buku bertajuk sekolah untuk kaum miskin terbitan alvabet ini membuktikan bahwa untuk mengenyam pendidikan tidak perlu kaya. Orang miskin pun, pada dasarnya sama-sama layak menerima ilmu pengetahuan secara adil. Tooley melakukan riset tentang dunia pendidikan di daerah bermasyarakat miskin, mulai dari india, nigeria, pedalaman china, hingga daerah dalam afrika. Riset yang dilakukannya bermula saat ia menjadi guru matematika di pedesaan afrika. Di sana lah tooley seperti menemukan ruh asli semangat pendidikan. (hlm. 12) Banyak sekali ditemukan sekolah swasta untuk kaum miskin di Hyderabad yang dibiayai secara mandiri.
Semangat pendidikan yang dibawa Tooley sangat menarik diperhatikan. Terlebih cara penuturan dalam buku ini yang sebenarnya adalah laporan riset menjadi menarik dibaca karena seolah ia bercerita. Dalam buku setebal empat ratus tujuh puluh enam halaman kita diajak menyusuri pelbagai sekolah kaum miskin yang gegap gempita mengejar pendidikan.
Sejauh ini, pihak pemerintah selalu mendiskriminasi kaum miskin. Seolah mereka hanyalah sampai masyarakat yang tak patut mendapat pendidikan. Dalam buku ini juga disebutkan, para sekolah beserta guru yang tengah berada di daerah kota –yang sarat dengan pendidikan biaya mahal- meremehkan sekolah swasta ini. Padahal jika mau jujur, sekolah swasta lebih dewasa, dalam artian mereka berusaha membangkitkan jiwa wirausaha demi hidupnya sekolah tersebut.
Salah satu kota miskin yang diteliti tooley adalah Gansu, China. Kabarnya di sana juga terdapat banyak sekolah kaum miskin. Ternyata Tooley menemukan seorang kepala sekolah yang sangat mencintai pendidikan. “Inilah hobi saya, mengelola sekolah. Akan mustahil bagi saya untuk berhenti meninggalkan pekerjaan ini demi yang lain.” Demikian kata seorang kepala sekolah saat diwawancarai (hlm. 151). Setelah wawancara selesai Tooley dipersilahkan untuk istirahat sejenak. Pengembaraan Tooley dalam riset ini berlanjut ke lokasi lainnya, yang juga merupakan sekolah kaum miskin. Untuk menekan sekolah swasta membutuhkan stamina yang kuat, tidak ada angkutan umum menuju lokasi.
Penelitiannya ketika di Zimbabwe tidak mudah mendapat informasi. Hal ini ternyata menyangkut sejarah antara Zimbabwe dan Inggris. 25 tahun sebelumnya warga Zimbabwe diusir dari Inggris dan kepala sekolahnya merasa sakit hati. Ia tidak mau info tentang sekolah kaum miskin ini tersebar ke penjuru dunia. Kepala sekolah tersebut bahkan mengatakan kalau hasil riset Tooley hanyalah sebuah omong kosong.
Merupakan hal baru bagi kita tentang keberadaan sekolah kaum miskin. sepertinya Tooley ingin mengajak kita untuk berfikir ulang tentang keberadaan dunia pendidikan. Apakah dunia pendidikan, dalam hal ini sekolah hanya diperuntukkan kaum berpunya? Tentu saja tidak. Pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk menghilangkan kebodohan di muka bumi ini dengan transver ilmu.

Data Buku
Judul: Sekolah untuk Kaum Miskin
Penulis: James Tooley
Penerbit: Alvabet, Jakarta
Cetakan: I, Februari 2013
Tebal: 476 halaman

*Pernah tayang di Radarseni.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar