Memulai Keluarga Tanpa Cinta
Oleh Achmad Marzuki
Pegiat Farabi Institute, Anggota CSS MoRA
IAIN Walisongo Semarang
Cinta selalu membuat kisah manusia unik dan menarik. Sifatnya yang tak tertebak menjadi daya tarik sendiri. Cinta bagi manusia biasanya selalu bermuara pada paduan kasih bernama keluarga. Pernikahan erat kaitannya dengan puncak akhir pencarian cinta. Orang yang telah menikah, telah berkeluarga, sudah tidak diperkenankan lagi melakukan pencarian cinta. Baik sebagai istri atau suami, ia telah menjadi pasangan yang harus dicintai. Lalu, bagaimana jika sebuah pernikahan didasarkan atas sebuah komitmen rasa nyaman, bukan rasa cinta?
Rhein Fathia
menuliskan kisah unik tersebut dalam lembar-lembar romantis berjudul “Coupl(ov)e”.
Jika dalam percintaan biasanya beralur; pertemuan, saling cinta, pacaran,
menikah, kemudian hidup bahagia. Fathia merombak alur percintaan. Dimulai dengan
pertemuan, menjadi sahabat karib, menikah, lalu kemudian meracik serbuk-serbuk
cinta. Lantas, apa kisahnya akan berbahagia? Fathia benar-benar pintar memintal
kisah.
Kisah dimulai
dari dalam pernikahan kedua tokoh ini; Halya dan Raka. Kalau mau jujur, sikap
kedua orang ini sungguh tidak sejalur. Bayangkan saja, Halya adalah perempuan
yang aktif dan mudah bergaul. Sedangkan Raka, lelaki culun namun baik hati dan
cerdas. Mereka telah bersahabat sejak duduk di bangku SMA. Kuliah memisahkan
keduanya, tapi tidak memutuskan hubungan mereka.
Raka memiliki
kisah cinta sendiri. Dia mengenal wanita berhati lembut, Rina, teman
sekampusnya di ITB. Raka mengenal Rina sebagai wanita yang selalu membuatnya
terpesona. Rina bahkan tidak mau pacaran, ia ingin langsung duduk pada
pelaminan. Mendengar itu, Raka semakin yakin bahwa Rina adalah wanita yang
baik. Walhasil Raka memberanikan diri untuk melamar. Tetapi karena sikap wanita
yang pemalu, Rina tidak langsung menerima lamaran Raka. Akhirnya Raka pergi
tanpa mendapat jawaban dari Rina.
Kehidupan Halya
pun demikian, memiliki kisah cinta tersendiri. Yang paling romantic saat Halya
menjalin hubungan dengan Gilang, seorang event organizer. Sikap Gilang yang
selalu membuat hari Halya berwarna karena selalu memberikan kejutan-kejutan
menarik. Seperti saat berlibur di pulau bira, Gilang melamar Halya. Karena Halya
sudah yakin akan niat Gilang, ia langsung menerima lamaran tersebut. Puncak kejutan
yang diterima Halya adalah tanpa rencana apapun, Halya diajak ke rumah
keluarganya di Jogja. Sayangnya, hubungan indah itu harus pupus di tengah jalan
karena kepergian Gilang yang tanpa sebab.
Persahabatan
Raka dan Rina bukan sahabat biasa. Mereka benar-benar saling mengerti, saling
memahami, bahkan pada siapa hati mereka tertambatkan. Tetapi mereka telah
berucap janji, jika pada umur 30 tahun masih melajang. Mereka berencana
melanjutkan hubungannya pada sebuah bahtera keluarga. Dan itu terjadi. Mereka menikah
di Gamma, Bandung. Mulailah kejanggalan-kejanggalan terjadi.
Rina, wanita
yang pernah Raka taksir kembali hadir dalam kehidupannya. Halya yang mulai
ditumbuhi benih-benih cinta pada Raka di hatinya harus ditahan dan dipendam. Raka
tetap bersikap sebagai sahabat pada Halya. Padahal kalau mau jujur, hati Raka
mulai berasa lain pada Halya. Tetapi kedua orang ini sungguh kuat menahan
perasaan masing-masing. Ketika saya membaca yang seperti ini, hati saya seperti
menyentak-nyentak. Kenapa mereka bersikap begitu? Bukankah lebih baik jika
saling terbuka dan meluapkan hati yang mulai berbunga indah. Fathia selalu
mengadul isi dada pembaca tanpa sopan.
Kisah “Coupl(ov)e”
sangat dekat dengan kehidupan nyata. Pembaca pasti menemukan orang di
sekitarnya yang memiliki sikap seperti tokoh yang ada dalam novel ini. Pada novel
ini fathia juga mengajarkan bahwa dalam keluarga membutuhkan keteguhan sikap,
tidak cukup hanya dengan hubungan sahabat karib sekalipun. Ada banyak nilai
yang dapat dipetik dari novel ini. Berupa komitmen pada hubungan dan memberikan
hati kita pada orang yang benar-benar tepat.
Lalu bagaimana
Halya dan Raka menjalani persahabatan dalam lingkup keluarga? Apa mereka tidur serumah,
di lain kamar, di lain ranjang, atau bagaimana? Apakah akhirnya mereka berpisah
dan kembali pada kekasih masa lalu? Karena Rina dan Gilang muncul kembali. Kisah
ini begitu dekat dengan pembaca. Tidak ada tokoh yang antagonis secara
berlebih. Semua tampak natural, bak kehidupan baru dalam khayal pembaca.
Oh iya, saya
menyukai buku ini sejak sebelum terbit lo. Dulu di facebook halaman penerbit Bentang
menawarkan beberapa kover untuk buku ini. Aku memilih kover ini. Suka sekali. Dari
dulu aku selalu menyukai warna biru, begitu lembut. Dan bagi yang hendak
melangsungkan pernikahan saya sarankan baca buku ini karena ada banyak sekali
pelajaran yang dapat diambil. Kisah yang mengharukan sekaligus indah.
Data Buku
Judul : Coupl(ov)e
Penulis : Rhein
Fathia
Penerbit : Bentang
Pustaka, Yogyakarta
Tahun terbit
: 2013
Tebal : 388 Halaman
*Resensi ini diikutkan lomba di
Tidak ada komentar:
Posting Komentar