Kamis, 30 Mei 2013

Resensi Coupl(ov)e

Memulai Keluarga Tanpa Cinta
Oleh Achmad Marzuki
Pegiat Farabi Institute, Anggota CSS MoRA IAIN Walisongo Semarang

Cinta selalu membuat kisah manusia unik dan menarik. Sifatnya yang tak tertebak menjadi daya tarik sendiri. Cinta bagi manusia biasanya selalu bermuara pada paduan kasih bernama keluarga. Pernikahan erat kaitannya dengan puncak akhir pencarian cinta. Orang yang telah menikah, telah berkeluarga, sudah tidak diperkenankan lagi melakukan pencarian cinta. Baik sebagai istri atau suami, ia telah menjadi pasangan yang harus dicintai. Lalu, bagaimana jika sebuah pernikahan didasarkan atas sebuah komitmen rasa nyaman, bukan rasa cinta?
Rhein Fathia menuliskan kisah unik tersebut dalam lembar-lembar romantis berjudul “Coupl(ov)e”. Jika dalam percintaan biasanya beralur; pertemuan, saling cinta, pacaran, menikah, kemudian hidup bahagia. Fathia merombak alur percintaan. Dimulai dengan pertemuan, menjadi sahabat karib, menikah, lalu kemudian meracik serbuk-serbuk cinta. Lantas, apa kisahnya akan berbahagia? Fathia benar-benar pintar memintal kisah.
Kisah dimulai dari dalam pernikahan kedua tokoh ini; Halya dan Raka. Kalau mau jujur, sikap kedua orang ini sungguh tidak sejalur. Bayangkan saja, Halya adalah perempuan yang aktif dan mudah bergaul. Sedangkan Raka, lelaki culun namun baik hati dan cerdas. Mereka telah bersahabat sejak duduk di bangku SMA. Kuliah memisahkan keduanya, tapi tidak memutuskan hubungan mereka.
Raka memiliki kisah cinta sendiri. Dia mengenal wanita berhati lembut, Rina, teman sekampusnya di ITB. Raka mengenal Rina sebagai wanita yang selalu membuatnya terpesona. Rina bahkan tidak mau pacaran, ia ingin langsung duduk pada pelaminan. Mendengar itu, Raka semakin yakin bahwa Rina adalah wanita yang baik. Walhasil Raka memberanikan diri untuk melamar. Tetapi karena sikap wanita yang pemalu, Rina tidak langsung menerima lamaran Raka. Akhirnya Raka pergi tanpa mendapat jawaban dari Rina.
Kehidupan Halya pun demikian, memiliki kisah cinta tersendiri. Yang paling romantic saat Halya menjalin hubungan dengan Gilang, seorang event organizer. Sikap Gilang yang selalu membuat hari Halya berwarna karena selalu memberikan kejutan-kejutan menarik. Seperti saat berlibur di pulau bira, Gilang melamar Halya. Karena Halya sudah yakin akan niat Gilang, ia langsung menerima lamaran tersebut. Puncak kejutan yang diterima Halya adalah tanpa rencana apapun, Halya diajak ke rumah keluarganya di Jogja. Sayangnya, hubungan indah itu harus pupus di tengah jalan karena kepergian Gilang yang tanpa sebab.
Persahabatan Raka dan Rina bukan sahabat biasa. Mereka benar-benar saling mengerti, saling memahami, bahkan pada siapa hati mereka tertambatkan. Tetapi mereka telah berucap janji, jika pada umur 30 tahun masih melajang. Mereka berencana melanjutkan hubungannya pada sebuah bahtera keluarga. Dan itu terjadi. Mereka menikah di Gamma, Bandung. Mulailah kejanggalan-kejanggalan terjadi.
Rina, wanita yang pernah Raka taksir kembali hadir dalam kehidupannya. Halya yang mulai ditumbuhi benih-benih cinta pada Raka di hatinya harus ditahan dan dipendam. Raka tetap bersikap sebagai sahabat pada Halya. Padahal kalau mau jujur, hati Raka mulai berasa lain pada Halya. Tetapi kedua orang ini sungguh kuat menahan perasaan masing-masing. Ketika saya membaca yang seperti ini, hati saya seperti menyentak-nyentak. Kenapa mereka bersikap begitu? Bukankah lebih baik jika saling terbuka dan meluapkan hati yang mulai berbunga indah. Fathia selalu mengadul isi dada pembaca tanpa sopan.
Kisah “Coupl(ov)e” sangat dekat dengan kehidupan nyata. Pembaca pasti menemukan orang di sekitarnya yang memiliki sikap seperti tokoh yang ada dalam novel ini. Pada novel ini fathia juga mengajarkan bahwa dalam keluarga membutuhkan keteguhan sikap, tidak cukup hanya dengan hubungan sahabat karib sekalipun. Ada banyak nilai yang dapat dipetik dari novel ini. Berupa komitmen pada hubungan dan memberikan hati kita pada orang yang benar-benar tepat.
Lalu bagaimana Halya dan Raka menjalani persahabatan dalam lingkup keluarga? Apa mereka tidur serumah, di lain kamar, di lain ranjang, atau bagaimana? Apakah akhirnya mereka berpisah dan kembali pada kekasih masa lalu? Karena Rina dan Gilang muncul kembali. Kisah ini begitu dekat dengan pembaca. Tidak ada tokoh yang antagonis secara berlebih. Semua tampak natural, bak kehidupan baru dalam khayal pembaca.
Oh iya, saya menyukai buku ini sejak sebelum terbit lo. Dulu di facebook halaman penerbit Bentang menawarkan beberapa kover untuk buku ini. Aku memilih kover ini. Suka sekali. Dari dulu aku selalu menyukai warna biru, begitu lembut. Dan bagi yang hendak melangsungkan pernikahan saya sarankan baca buku ini karena ada banyak sekali pelajaran yang dapat diambil. Kisah yang mengharukan sekaligus indah.

Data Buku
Judul : Coupl(ov)e
Penulis : Rhein Fathia
Penerbit : Bentang Pustaka, Yogyakarta
Tahun terbit : 2013
Tebal : 388 Halaman

*Resensi ini diikutkan lomba di 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar