Selasa, 21 Mei 2013

Resensi On a Journey


Ketika Penulis Patah Hati
Oleh Achmad Marzuki
Pegiat Farabi Institute, Anggota CSS MoRA IAIN Walisongo Semarang

Siapa pun jika dihadapkan pada cinta akan selalu terlupa dengan logika akal sehat. Terkadang tindakan mereka sungguh tidak terduga. Melihat drama kolosal banyak sekali para pecinta yang rela melakukan apapun guna mendapatkan pasangan tercinta. Hal ini tidak hanya dilakukan para pecinta tetapi pula pada orang-orang yang putus cinta. Patah hati memang sulit disembuhkan. Namun, bagaimana jika yang patah hati itu adalah penulis?
On a Journey menceritakan seorang penulis yang patah hati. Sebagai seorang penulis, Rubi Tuesday, tokoh utama dalm novel,  menjadi sangat percaya diri dengan rekahan cinta di hatinya. Seolah-olah dialah yang memegang kendali. Rubi mengungkapkan rasa sukanya pada Stine. Tetapi Stine merasa pertemanan adalah yang terbaik. Lelaki tidak butuh waktu menjawab pertanyaan. Stine menjawab langsung tanpa jeda.
Awalnya Rubi merasa itu hal biasa, tidak masalah. Tetapi setibanya di rumah dada Rubi terasa sesak. Rubi sadar ternyata dia benar-benar mencintai Stine dan ia ditolak. Patah hati. Dalam keadaan limbung, dia mendapat pesan singkat dari Stine untuk saling bertemu di kedai kopi tempat langganan mereka. Namun saat Rubi datang dan menunggu, Stine tak kunjung datang. Dalam perjalanan pulang, Rubi melihat Stine pulang kerja. Tetapi Stine malah menghindari Rubi (hlm. 10-14).
Rubi merasa dipermainkan. Dia memutuskan untuk melupakan Stine dan melakukan perjalanan. Mengikuti saran novel yang dibuatnya sendiri beberapa minggu lalu. Tujuan Rubi hanya satu, pergi sejauh-jauhnya dari Stine. Ia ingin pergi ke Diavabre, nama paling kecil dalam peta. Namun sebelum sampai tujuan, bus tumpangan Rubi mogok dan memaksanya turun. Padahal perjalanan masih empat jam lagi.
Sekarang Rubi terdampar di tempat yang sama sekali belum pernah dikenalnya. Dengan bermodal sepeda, dia mengayuh pedal, melaju tanpa tujuan jelas dalam artian tidak tahu arah. Rubi terus mengayuh pedal sepeda. Bila malam tiba, ia mencari pom bensin atau bangunan besar berteras untuk menggelar terpal dan tidur. Rubi menjadi gelandangan di tempat dan orang-orang asing.
Suatu kali Rubi bertemu Dave, seorang pengendara motor yang melaju kesetanan dengan kecepatan alap-alap. Datang mendekat dan menawarkan tumpangan. Maksudnya tumpangan kaki pada pancatan motor. Namun sebelum kaki Rubi menginjak pancatan dengan betul. Dave segera melaju dan keseimbangan Rubi hilang hingga akhirnya ia ditindih sepeda rombengannya. Mereka mengulang kembali. Berhasil. Dan berpisah di perempatan jalan (hlm. 56-67).
Sudah lebih dari tiga hari Rubi mengayuh sepeda, makan seperlunya, tidur di emperan bagungan besar, tersengat terik matahari di siang hari, dan diterkam dinginnya malam. Kondisi tubuh Rubi cukup fit. Rubi mengira jika diterus-teruskan, sakit tidak akan segan lagi untuk hinggap. Saat Rubi makan di sebuah warung makan, dia meminta pada pelayan ibu-ibu untuk menginap sekadar satu malam saja di rumahnya. Ia diperbolehkan.
Dengan kebaikan hati ibu pelayan, Rubi dapat menginap beberapa hari. Rubi juga ikut bekerja di warung makan sebagai pencuci piring. Banyak pelajaran yang didapat di sini. Pelajaran tertawa dari pemilik warung, Samuel, pelajaran tegar dari si tukang tanak, Roberto, pelajaran menghadapi masalah dari pelayan lelaki pendiam, Jim, dan pelajaran menghargai hidup dari si pelayan ibu-ibu bernama Ros.
Sepeda terus dikayuh. Rubi mampir di minimarket sekadar untuk numpang toilet. Namun sepeda rombengnya hilang saat keluar. Maling sepeda masih terlihat, Rubi segera mengejar. Rubi terhalang lampu merah dan sepeda bercat hijaunya telah pergi. Perjalanan terus berlanjut walau dengan berjalan kaki. Kaki terus melangkah, menapaki bumi trotoar setapak demi setapak. Seorang gadis hamil bercucuran darah mendatangi Rubi, meminta tolong. Rubi membantunya ke rumah sakit dan mengantarnya pulang ke apartemen. Rubi terpaksa menginap karena diminta gadis buncit tersebut, Sofi (hlm. 178-193).
Ternyata Sofi adalah gadis yang hamil di luar nikah. Dia sekarang bersama pacarnya dan kabur dari orangtua karena kandungannya disuruh digugurkan. Dua hari Rubi menginap bersama wanita cerewet. Akhirnya Rubi bertemu pacar sofi yang ternyata adalah si pencuri sepeda, Bili. Sofi segera melahirkan. Ayah ibunya datang menengok. Orangtuanya bertengkar keras di luar. Tetapi dari pasangan Sofi-Bili lah Rubi belajar bertanggungjawab. Tidak lari dari kenyataan dan berani menghadapi masalah.

Data Buku
Judul : On a Journey
Penulis : Desi Puspitasari
Penerbit : Bentang Pustaka, Yogyakarta
Cetakan : I, Januari 2013
Tebal : 262 Halaman
ISBN : 978-602-7888-01-2

*Pernah tayang di Rimanews.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar