Minggu, 19 Mei 2013

Resensi Balada Si Roy jilid 3



Avonturir Sang Petualang
Oleh Achmad Marzuki
Pegiat Farabi Institute, Anggota CSS MoRA IAIN Walisongo Semarang

Pada buku Balada Si Roy yang ketiga ini kisahnya hampir mirip dengan buku pertama. Tetapi tentu saja yang namanya bosan tidak akan pernah ditemukan dalam kamus avonturir. Sama halnya saat pecinta alam pergi mendaki gunung, dia akan selalu bersemangat. Padahal gunung yang didakinya terkadang bukan gunung yang lain. Apalagi dalam perjalanan-petualangan di lokasi yang berbeda, akan ada banyak pengalaman yang didapat. Setelah bekerja paruh waktu pada jilid kedua, kini bekal perjalanan telah diperhitungkan. Keinginannya avonturir terpenuhi.
Kisah Roy di lembar pertama sudah dilantungkan di jalanan oleh Gol A Gong. Dalam bus, Roy duduk bersandingan dengan perempuan muda nan cantik. Sebuah kebiasaan Gol A Gong yang selalu menempatkan perempuan menarik di sisi Roy. Mungkin Gol A Gong kasihan pada Roy yang selalu mendapat masalah. Sikap lelaki Roy tergerak untuk berbincang dengan wanita yang duduk di sampingnya. Namanya Iis, mahasiswi di Semarang.
Bus yang ditumpangi terus melaju. Sampai di purwokerto, Roy kebelet pipis. Tanpa bilang pada kondiktor bus, Roy langsung saja pergi ke toilet. Walhasil, dia ketinggalan bus. Dengan hati gusar, Roy langsung memakai motor milik pemuda terminal dengan kasar. Tentu, kawanannya tidak terima dan langsung mengejar Roy. Sementara Iis di dalam bus yang tertidur nyenyak terbangun karena seorang pemuda yang mengusik ketenangannya. Setelah menoleh, ternyata di samping Iis bukanlah Roy. Dan ransel biru milik Roy masih diam di samping Iis.
Avonturir yang dijalani Roy bukan sekadar perjalanan biasa. Roy adalah penulis cerita petualangan di salah satu majalah. Setiap singgah di satu tempat, Roy akan menuliskannya dalam catatan buku yang disimpannya dalam ransel biru. Bagi Roy, ransel biru yang dibawanya kemana-mana adalah satu-satunya harta yang paling berharga. Adakah penulis yang tidak gusar ketika catatan pentingnya hilang? Oleh karena itu, Roy tanpa sadar telah menyulut api dengan pemuda terminal.
Untungnya, api itu tak sampai membesar. Polisi datang sebagai penengah dan setelah Roy menjelaskan situasinya keadaan jadi berbalik. Pemuda terminal tersebut menawarkan bantuan untuk mengejar bus yang membawa ransel birunya. Di dalam bus, Iis berkenalan dengan pemuda berambut gondrong yang duduk di sampingnya. Si gondrong menawarkan bantuannya guna membawakan ransel biru Roy. Dia meyakinkan Iis bahwa dia tahu betul seperti apa sifat Roy; petualang sejati dan pasti akan mencari ransel birunya.
Untuk mendapat ransel birunya Roy seperti singa sirkus; mengikuti instruksi yang diberikan si gondrong. Rupanya si gondrong ingin bermain-main, padahal si gondrong sudah bertemu dengan Roy saat di stasiun kereta api. Atas instruksi kertas kusam, Roy disuruh mencari ransel birunya di salah satu gerbong kereta api jurusan Semarang-Surabaya. Akhirnya ransel berharganya didapatkannya.
Tujuannya kali ini ke Lombok. Indonesia memang memiliki banyak tanah yang indah, seperti bongkahan surga saja. Sampai di kota penyeberangan ke pulau dewata, Roy singgah di masjid dan bertemu dengan orangtua berpakaian lusuh. Dari orangtua ini Roy mendapat pelajaran bahwa, untuk menilai seseorang jangan hanya dilihat dari luarnya saja. Kenalilah dahulu, maka kemudian kalian akan tahu sikap dan sifat orang tersebut. Saat itu pula lah, penjaga barang yang berpakaian rapi tepergok ingin mencopet Roy yang sedang nyenyak tidur.
Dalam perjalanannya kali ini Roy banyak sekali mendapat pelajaran. Di terminal setelah pulang dari Lombok, dia bertemu dengan preman terminal yang melindungi anak kecil yang buntung. Di kereta, dia bertemu dengan bocah kurus yang ketakutan saat didekati siapapun. Ternyata bocah tersebut kelaparan, mencuri dan ketahuan. Keadaan dalam gerbong kereta juga aneh. Saat ada pencopet yang mencopet ibu-ibu, semua penumpang membantu menolongnya, tapi saat Roy yang ransel birunya dicopet tidak ada respon. Dan Roy harus mengejar ranselnya lagi (hlm. 89-109).
Buku ketiga dari Balada Si Roy ini terdiri dari dua judul besar; Blue Ransel dan Solidarnos. Di bagian Blue Ransel, Gol A Gol memberikan kesempatan secara penuh pada Roy untuk avonturir. Dan pada bagian Solidarnos Roy harus kembali lagi ke Banten, bertemu dengan teman lamanya. Toni adalah orang pertama yang menengok. Toni bercerita bahwa dia sedang jatuh cinta dan tentu saja pada perempuan cantik. Sepertinya Gol A Gong pecinta wanita cantik nan menarik.
Tetapi kakak dari pacar Toni pernah menyakiti hatinya. Toni dipermalukan di depan umum tentang kakinya yang buntung. Sebagai teman sejati nan solid, Roy panas hatinya. Tanpa pikir panjang Roy mengajak geng RM untuk menggempur kakaknya Siska, pacar Toni. Masalah teratasi. Kini Roy mengunjungi Suci, wanita berwajah manis yang ditinggal tanpa pamit saat Roy asik beravonturir. Roy memberikan selendang khas timur pada Suci. Tetapi nasibnya hampir mirip dengan Dewi Venus. Suci telah ada pangeran yang melindunginya. Harus diingat Roy bukanlah lelaki cemen. Dia akan selalu punya ide untuk bangkit. Jangan jatuh kau Roy!

Data Buku
Judul : Balada Si Roy, Jilid III, Blue Ransel - Solidarnos
Penulis : Gol A Gong
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan : November 2012
Tebal : 199 Halaman
ISBN : 978-979-22-9030-1

*Pernah tayang di Metro Riau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar