Jumat, 31 Mei 2013

Resensi Kaya Cara Nabi

Strategi Bisnis Rasulullah

Terkadang dunia bisnis tidak kalah seru dengan politik. Keduanya selalu bertujuan pada hal yang paling diminati manusia. Ranah politik berujung pada kekuasaan, sedangkan dalam dunia bisnis, berujung pada harta dan kekayaan. Kedua elemen ini seringkali melintasi batas norma dan etika. Dalam dunia bisnis yang sehat, yang dipentingkan tidak sekadar laba dan rugi. Ada hal urgen yang dapat menentukan masa depan bisnis kita, yaitu etika dan strategi.
Lantas bagaimana kiranya agar saat kita berbisnis tidak hanya fokus pada keduniaan tetapi juga kaya akan hati? Dudun Hamdalah menjawab dan memberikan solusi konkret dengan menghadirkan buku bertajuk Kaya Cara Nabi Saw terbitan Noura Books. Bagi orang Islam, Rasulullah pernah mewanti-wanti agar menjauhi kemiskinan, karena kemiskinan (kefakiran) rentan dengan kekafiran. Oleh karenanya, Nabi menyuruh umatnya agar kaya dan berbaik hati dengan membantu sesamanya.
Secara garis besar, buku ini terbagi menjadi dua tema besar. Pertama, anjuran bahwa muslim harus kaya. KH Abdullah Gymnastiar yang akrab disapa Aa Gym, menerangkan bahwa Rasulullah adalah orang yang kaya raya. Semangat bisnisnya patut ditiru. Bahkan Aa Gym menulis sebuah buku bertajuk Saya Tidak Ingin Kaya, Tetapi Harus Kaya. Ungkapan ini bukan hanya obsesi gila atau buta pada harta. Setidaknya dengan harta, seorang muslim dapat membangun infestasi masa depan.
Bukti bahwa Rasulullah adalah orang kaya ialah saat beliau menyerahkan 20 ekor unta sebagai mas kawin, setara dengan uang sekarang senilai satu miliar rupiah. Para sahabat pun juga kaya (hlm.10). Tetapi kekayaan Nabi dan sahabat tidak untuk dikonsumsi sendiri, lebih sering memanfaatkan untuk kepentingan agama dan di jalan Allah. Kehidupan Nabi sangat sederhana. Telah banyak hadits yang menjelaskan perangai konsumsi keduniaan Nabi. Jika harta diamal jariyahkan, tentu pahalanya tidak akan pudar hingga hari akhhir.
Bagian kedua buku ini menjelaskan sangat detail strategi dan manajemen bisnis Rasulullah. Jujur ditempatkan sebagai strategi dasar. Artinya jika seseorang berbisnis penuh tipu muslihat, sama halnya dengan membangun kehancuran masa depan. Konsekuensinya, kita akan mudah mendapat kepercayaan. Kedua hal tersebut tidak akan sukses tanpa adanya niat kuat, obsesi, tujuan jelas, dan target. Tetapi dalam obsesi dipagari oleh norma dan etika bisnis.
Boros dan sombong menjadi tiket menuju ketamatan dan kebangkrutan. Bersikaplah sederhana namun elegan dan berwibawa (hlm.79). Kewibawaan dapat diraih dengan sikap rendah hati, berdo’a, dan tawakal. Konsep taqwa dalam berbisnis hanya ada dalam kamus bisnis ala Rasulullah. Karena yang dituju berpuncak pada yang Maha Kaya; Allah swt. Bersyukur dan sedekah tidak boleh ditinggalkan, karena keduanya adalah kunci kelancaran bisnis kita. Menurut Abu Marco dalam Hukum Langit (2012), bahwa sesungguhnya bersedekah memberikan energi positif yang berujung pada kesuksesan bisnis yang kita lakoni.
Silaturrahim pada kolega kerja juga jangan dilewatkan. Setiap orang memang suka dipuji, maka pujilah teman kolega kita saat pertemuan kecil terlebih dalam pertemuan besar. Kolega yang merasa nyaman akan mengajak petingginya untuk ikut bergabung. Berbaik sangka atau optimis juga menjadi angin segar. Karena sesungguhnya semesta tidak diam, ia akan merefleksikan dan mendorong apapun yang ada di dalam pikiran manusia. Perpikirlah bahwa nanti kita sukses, semesta akan menggiring kita pada kesusesan sebenarnya.
Pebisnis yang cerdas akan selalu mengolah otak dan menghasilkan inofasi kontemporer. Allah telah berjanji bahwa antara orang berilmu dan tidak, tentu tidaklah sama. Penulis buku, kerjanya hanya di depan komputer. Badannya diam, tetapi pikiran dan otaknya mengelilingi bumi mencari ide-ide kreatif. Bandingkan dengan kerja yang mengandalkan otot. Sungguh tidak sama antara keduanya (hlm. 203).
Bisnis yang telah berjalan mulus hendaknya disyukuri. Dalam al-Qur’an Allah menjanjikan hambanya, siapapun yang bersyukur niscaya akan ditambah-perluas. Cara syukur yang bermanfaat ialah dengan menyumbangkannya dengan anak yatim, panti asuhan, dan yang tak kalah penting menurut Mohammad Nasih (2010) dengan cara menyumbangkan harta berlebih kita pada ranah pendidikan dengan memberikan beasiswa bagi yang kurang mampu dan berprestasi.
Dudun meracik buku ini sangat renyah. Terkadang dudun menyapa pembaca untuk merenungkan atau sekadar bertanya. Tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah. Menjadi muslim yang kaya akan membantu sektor-sektor lainnya, mulai dari beasiswa pelajar hingga menyumbang pada partai politik. Tetapi hanya sedekah dengan nilai ikhlaslah yang akan tersampaikan pada ilahi rabbi. Jika anda ingin kaya harta dan kaya hati, bacalah pedomannya yang telah dipaparkan di dalam buku ini. WAllahua’lam bishhawab.

Data Buku
Judul: Kaya Cara Nabi Saw
Penulis: Dudun Hamdalah
Penerbit: Noura Books, Jakarta
Cetakan: I, Maret 2013
Tebal : xii + 225 halaman

*Penah tayang di Berita99.com
http://www.berita99.com/review/8385/strategi-bisnis-rasulullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar