Kamis, 30 Mei 2013

Resensi Mohammad Hatta


Lebih Mengenal Bapak Koperasi
Oleh Achmad Marzuki
Pegiat Farabi Institute, Anggota CSS MoRA IAIN Walisongo Semarang
Sebagai warga Negara yang baik tentunya kita semua tahu bahwa Mohammad Hatta adalah Bapak Koperasi. Wakil presiden kedua ini lebih populer dengan panggilan Bung Hatta. Tentunya bagi seorang tokoh memiliki pengalaman hidup yang layak diabadikan agar orang-orang di sampingnya dapat meniru langkah tegapnya. Apalagi Bung Hatta juga merupakan salah satu orang yang pada masa mudanya telah berjuang dalam kemerdekaan. Bung Hatta mendengungkan kemerdekaan Indonesia dari luar negeri untuk dunia.
Buku berjudul lengkap Mohammad Hatta, Hati Nurani Bangsa besutan Dr. Deliar Noer ini adalah ringkasan dari biografi lengkap Bung Hatta yang juga dikarang oleh orang yang sama. Menurut Deliar, untuk membangun napak tilas seorang tokoh diperlukan beberapa hal yang mendasar. Yaitu dalam sejarah manusia merupakan pergumulan seseorang pada nasibnya. Kehidupan seseorang selalu bersinggungan dengan kehidupan sehari-hari, secara ekonomis, sosial, dan politik. Dan buku ini mencakup kesemua aspek tersebut.
Kini, Deliar merangkum keseluruhan kisah hidup Bung Hatta. Sekalipun ringkas, tetapi buku ini telah layak dikatakan sebagai biografi singkat seorang tokoh. Secara garis besar, kehidupan Bung Hatta terbagi menjadi tujuh masa. Pertaman, masa kecilnya di bukit tinggi dan Padang (1902-1917). Dilahirkan pada 12 agustus 1902 dengan nama kecil Mohammad Athar, biasa dipanggil Atta, dan hingga sekarang dikenal dengan nama Hatta. Seperti orang Minang lainnya, saat bocah, Hatta mengaji di langgar dengan teman sekawananya.
Kedua, masa remajanya dihabiskan di Padang dan Jakarta (1917-1921). Sejak kecil, Bung Hatta telah biasa bergelut dengan organisasi. Dia selalu menjadi spesialiss bendahara, perekonomian. Masa remajanya mulai bersinggungan dengan kelompok yang bertujuan pada kemerdekaan. Ketiga, masa matang dengan pergerakan di Belanda (1921-1932). Masa remaja telah dilalui sebagai periode pencarian jati diri. Dan Hatta menetapkan dirinya sebagai salah satu orang yang berkeinginan pada kemerdekaan.
Tujuan Hatta semakin jelas. Saat belajar di belanda, dia sangat tekun mempelajari ilmu ekonomi sebagai penompang dasar sebuah Negara. Di Belanda, Hatta semakin gelisah pada kebebasan. Dia bergabung dalam organisasi Indische Vereninging (Perkumpulan Hindia, berdiri tahun 1908), mulanya berupa organisasi sosial dan berevolusi menjadi organisasi politik. Perkumpulan ini kemudian berganti nama menjadi Indonesische Vereeninging atau Perhimpunan Indonesia (PI). Pada tahun 1926 PI jatuh pada pundak Hatta. Inilah yang mengakibatkannya terlambat masa studi di Belanda.
Keempat, masa pergerakan di Jakarta, Digul, dan Banda Neira (1932-1941). Setelah memperkenalkan pada dunia bahwa Indonesia telah mulai berjuang untuk kemerdekaan. Hatta ikut andil langsung dalam perjuangan itu sendiri. Walau yang diinginkan Bung Hatta sama persis dengan pejuang tanah air, tidak selamanya hubungan mereka begitu akur. Terbukti saat Bung Hatta berasumsi agar untuk mengawali dan mengenali pemerintahan, lebih baik orang Indonesia sendiri ikut andil dalam pemerintahan.
Bung Karno tidak sepakat. Bagi Bung Karno, pemerintahan Belanda secara utuh ataupun sebagian dari pihak pemerintah ada inlandernya, pemerintahan tersebut masih termasuk penjajahan. Menariknya buku ini, ditambah dengan lengkapnya foto-foto yang tak biasa ditemui di sembarang tempat. Sebagian besar foto dalam buku ini diambil dari koleksi pribadi Bung Hatta sendiri. Kelima, masa di bawah pendudukan Jepang (1942-1945). Pada masa inilah gejolak Indonesia kian gempar. Bahkan pada 1943 Bung Hatta hendak dibunuh saat berkunjung ke Jepang (hlm. 69).
Bercerita masa perjuangan rakyat Indonesia menuju kemerdekaan selalu menarik. Mempelajari sejarah memang harus membandingkan buku satu dengan lainnya. Informasi yang diambil nantinya dapat disatukan sehingga membentuk kisah lengkap. Semangat para pahlawan jangan sampai padam. Jika dulu para pejuang bejuang demi Negara mempertaruhkan segenap jiwa raga. Sekarang, para penerus bangsa harus mengingat jasa para paahlawan dengan cara meningkatkan kualitas pribadi.
Selanjutnya pasa perang kemerdekaan dan masa jabatan Bung Hatta sebagai wakil presiden Indonesia yang pertama (1945-1949). Pada masa ini, Bung Hatta semakin giat memperhatikan perekonomian negeri, khususnya di bidang koperasi. Tahun 1950 telah tumbuh dan terbentuk Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI). Sejak itulah Bung Hatta dinobatkan sebagai Bapak Koperasi, suatu kedudukan yang sering dikaitkan dengan bapak kedaulatan rakyat (hlm. 143).
Pilar keemasan hidup Hatta terdapat pada tahun 1950-1956. Yaitu menjabat sebagai wakil presiden di masa merdeka penuh. Dan masa terakhir yang dirasa sebagai masa paling indah bagi Bung Hatta ialah saat melepas semua kedudukan kenegaraan dan menjadi warga biasa (1956-1980).  Berbicara tentang tokoh masa perjuangan memang tidak bisa lepas dengan tokoh lainnya. Deliar Noer menyajikan semua tokoh yang pernah bersinggungan dengan Bapak Koperasi ini. Membaca sejarah pendiri bangsa Indonesia memang tidak ada bosan-bosannya, selalu menghadirkan semangat juang dan keikhlasan.

Data Buku
Judul : Mohammad Hatta, Hati Nurani Rakyat
Penulis : Deliar Noer
Penerbit : Kompas, Jakarta
Cetakan : Kedua, September 2012

Tebal :  182 halaman

*Pernah tayang di Esq-news.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar