Lebih Mengenal Bapak Koperasi
Oleh Achmad Marzuki
Pegiat Farabi Institute, Anggota CSS
MoRA IAIN Walisongo Semarang
Sebagai
warga Negara yang baik tentunya kita semua tahu bahwa Mohammad Hatta adalah Bapak
Koperasi. Wakil presiden kedua ini lebih populer dengan panggilan Bung Hatta. Tentunya
bagi seorang tokoh memiliki pengalaman hidup yang layak diabadikan agar
orang-orang di sampingnya dapat meniru langkah tegapnya. Apalagi Bung Hatta
juga merupakan salah satu orang yang pada masa mudanya telah berjuang dalam
kemerdekaan. Bung Hatta mendengungkan kemerdekaan Indonesia dari luar negeri
untuk dunia.
Buku
berjudul lengkap Mohammad Hatta, Hati Nurani Bangsa besutan Dr. Deliar
Noer ini adalah ringkasan dari biografi lengkap Bung Hatta yang juga dikarang
oleh orang yang sama. Menurut Deliar, untuk membangun napak tilas seorang tokoh
diperlukan beberapa hal yang mendasar. Yaitu dalam sejarah manusia merupakan
pergumulan seseorang pada nasibnya. Kehidupan seseorang selalu bersinggungan dengan
kehidupan sehari-hari, secara ekonomis, sosial, dan politik. Dan buku ini mencakup kesemua aspek tersebut.
Kini, Deliar
merangkum keseluruhan kisah hidup Bung Hatta. Sekalipun ringkas, tetapi buku
ini telah layak dikatakan sebagai biografi singkat seorang tokoh. Secara garis
besar, kehidupan Bung Hatta terbagi menjadi tujuh masa. Pertaman, masa kecilnya
di bukit tinggi dan Padang (1902-1917). Dilahirkan pada 12 agustus 1902 dengan
nama kecil Mohammad Athar, biasa dipanggil Atta, dan hingga sekarang dikenal
dengan nama Hatta. Seperti orang Minang lainnya, saat bocah, Hatta mengaji di langgar dengan teman sekawananya.
Kedua, masa
remajanya dihabiskan di Padang dan Jakarta (1917-1921). Sejak kecil, Bung Hatta
telah biasa bergelut dengan organisasi. Dia selalu menjadi spesialiss
bendahara, perekonomian. Masa remajanya mulai bersinggungan dengan kelompok
yang bertujuan pada kemerdekaan. Ketiga, masa matang dengan pergerakan di Belanda
(1921-1932). Masa remaja telah dilalui sebagai periode pencarian jati diri. Dan
Hatta menetapkan dirinya sebagai salah satu orang yang berkeinginan pada
kemerdekaan.
Tujuan Hatta
semakin jelas. Saat belajar di belanda, dia sangat tekun mempelajari ilmu
ekonomi sebagai penompang dasar sebuah Negara. Di Belanda, Hatta semakin gelisah pada kebebasan. Dia bergabung dalam organisasi
Indische Vereninging (Perkumpulan Hindia, berdiri tahun 1908), mulanya
berupa organisasi sosial dan berevolusi menjadi organisasi politik. Perkumpulan
ini kemudian berganti nama menjadi Indonesische Vereeninging atau Perhimpunan
Indonesia (PI). Pada tahun 1926 PI jatuh pada pundak Hatta. Inilah yang
mengakibatkannya terlambat masa studi di
Belanda.
Keempat,
masa pergerakan di Jakarta, Digul, dan Banda Neira (1932-1941). Setelah
memperkenalkan pada dunia bahwa Indonesia telah mulai berjuang untuk
kemerdekaan. Hatta ikut andil langsung dalam perjuangan itu sendiri. Walau yang
diinginkan Bung Hatta sama persis dengan pejuang tanah air, tidak selamanya
hubungan mereka begitu akur. Terbukti saat Bung Hatta berasumsi agar untuk
mengawali dan mengenali pemerintahan, lebih baik orang Indonesia sendiri ikut andil
dalam pemerintahan.
Bung Karno tidak
sepakat. Bagi Bung Karno, pemerintahan Belanda secara utuh ataupun sebagian
dari pihak pemerintah ada inlandernya, pemerintahan tersebut masih termasuk
penjajahan. Menariknya buku ini, ditambah dengan lengkapnya foto-foto yang tak
biasa ditemui di sembarang tempat. Sebagian besar foto dalam buku ini diambil
dari koleksi pribadi Bung Hatta sendiri. Kelima, masa di bawah pendudukan Jepang
(1942-1945). Pada masa inilah gejolak Indonesia kian gempar. Bahkan pada 1943 Bung
Hatta hendak dibunuh saat berkunjung ke Jepang (hlm. 69).
Bercerita
masa perjuangan rakyat Indonesia menuju kemerdekaan selalu menarik. Mempelajari
sejarah memang harus membandingkan buku satu dengan lainnya. Informasi yang
diambil nantinya dapat disatukan sehingga membentuk kisah lengkap. Semangat
para pahlawan jangan sampai padam. Jika dulu para pejuang bejuang demi Negara
mempertaruhkan segenap jiwa raga. Sekarang, para penerus bangsa harus mengingat
jasa para paahlawan dengan cara meningkatkan kualitas pribadi.
Selanjutnya
pasa perang kemerdekaan dan masa jabatan Bung Hatta sebagai wakil presiden
Indonesia yang pertama (1945-1949). Pada masa ini, Bung Hatta semakin giat
memperhatikan perekonomian negeri, khususnya di bidang koperasi. Tahun 1950
telah tumbuh dan terbentuk Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI). Sejak
itulah Bung Hatta dinobatkan sebagai Bapak Koperasi, suatu kedudukan yang
sering dikaitkan dengan bapak kedaulatan rakyat (hlm. 143).
Pilar
keemasan hidup Hatta terdapat pada tahun 1950-1956. Yaitu menjabat sebagai
wakil presiden di masa merdeka penuh. Dan
masa terakhir
yang dirasa sebagai masa paling indah bagi Bung Hatta ialah saat melepas semua
kedudukan kenegaraan dan menjadi warga biasa (1956-1980). Berbicara tentang tokoh
masa perjuangan memang tidak bisa lepas dengan tokoh lainnya. Deliar Noer
menyajikan semua tokoh yang pernah bersinggungan dengan Bapak Koperasi ini.
Membaca sejarah pendiri bangsa Indonesia memang tidak ada bosan-bosannya,
selalu menghadirkan semangat juang dan keikhlasan.
Data Buku
Judul : Mohammad Hatta, Hati Nurani Rakyat
Penulis : Deliar Noer
Penerbit : Kompas, Jakarta
Cetakan : Kedua, September 2012
Tebal : 182 halaman
*Pernah tayang di Esq-news.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar