Kiat Menjadi Public Speaker
Andal
Oleh Achmad Marzuki
Pegiat Farabi Institute,
Anggota CSS MoRA IAIN Walisongo Semarang
Apakah Anda mengenal Adolf Hitler, Bung Karno, Mario
Teguh, dan Ari Ginanjar? Mereka adalah pembicara handal di depan banyak
pendengar. Dengan pidato provolatifnya, Hitler mampu merangkul daratan Jerman.
Bung Karno di mata dunia dikenal sebagai Singa Podium. Semangat rakyat kian
mendera saat mendengar suara presiden pertama kita ini. Mario Teguh, dengan
sikap santai dan cara berbicara yang cerdas ia mampu membawa perubahan pada
pendengarnya. Begitu pula dengan Ari Ginanjar.
Mereka adalah public speaker profesional yang andal.
Ketika mereka mulai berbicara, semua audiens akan diam menyimak. Tidak sedikit
para audiens terbawa suasana dalam pembicaraan sang speaker. Bahkan berkat
pembicara, prilaku dan keadaan psikologi pendengar menjadi berubah lebih baik.
Apa sebenarnya rahasia mereka memikat perhatian audiens?
Dalam buku bertajuk Islamic Public Speaking, A
Powerful Secret for Powerful Muslim Public Speaker besutan SuperFikr dengan
sangat lugas membongkar semua rahasia menjadi publik speaker profesional. SuperFikr
yang bernama asli Fikri Abdillah berbagi pengalaman menjadi pembicara
berkarakter. Fikri memaparkan bagaimana metode mengambil simpatik pendengar dan
apa saja yang harus dihindari saat menjadi pembicara di muka publik. Ternyata
ada banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum tampil di atas panggung.
Berbicara di muka umum bukanlah hal yang mudah. Ada
banyak kegetiran yang biasa muncul. Rasa tidak percaya diri, gugup, gemetar,
takut salah, dan kegetiran lainnya. Rasa tidak percaya diri ini muncul, salah
satunya disebabkan wawawan yang kurang komprehensif.
Menurut Aristoteles, untuk mempengaruhi seseorang,
dibutuhkan setidaknya tiga poin. Pertama,
pembicara harus tampil dengan paradigma bahwa ia memiliki pengetahuan
yang luas dan kepribadian yang terpercaya. Kedua, harus mampu mengambil emosi
khalayak. Perasaan ini sangat penting. Metodenya dengan memaparkan bukti-bukti
terpercaya. Ketiga, memberikan logika yang tidak rancu (hlm. 5-6). Dari
ketiganya, yang terpenting ialah mengolah emosi pendengar agar tetap fokus
karena manusia sangat mudah untuk bosan.
Hal sangat penting lainnya, yaitu melihat tingkat
pengetahuan pendengar. Sepintar apapun seseorang jika berbicara dengan orang
yang tingkat pemikirannya di bawah level, audiens tidak akan paham. Karena
tujuan speaking adalah saling mengerti dan memahamkan. Oleh karenanya Umar bin Khattab
pernah berujar “Berbicaralah kalian dengan orang, sesuai kemampuannya”. Jika
berbicara di depan orang desa, jangan menggunakan kosa kata bernuansa ilmiah
ala mahasiswa.
Hal yang patut dihindari sebagai seorang public speaker
adalah berbicara yang belum tentu ia mampu melaksanakannya. Audiens biasanya
selalu memantau pekerjaan dan kepribadian seorang da’i. Hal lainnya yang harus
dihindari ialah pamer ilmu. Maksudnya, hanya membeberkan berbagai keilmuan yang
dimiliki tanpa disandingi dengan rasa tawadu’ atau tidak sombong. Dan jangan
merasa sok. Contohnya dalam menyampaikan contoh, sebaiknya menggunakan subjek
orang lain saja, jangan mencontohkan diri sendiri.
Fikri juga menampilkan sosok manusia paling agung sebagai
contoh panutan. Ialah Nabi Agung Muhammad Rasulullah saw (hlm. 81-86). Sebagai
seorang Nabi, beliau diberkahi dengan fisik yang menarik. Berpenampilan menarik
bukanlah hal buruk untuk ditiru. Kedua, menyelipkan humor yang cerdas. Di Indonesia
memiliki tokoh humoris yang brilian, dialah Gus Dur. Di akhir bicaranya tidak
jarang Gus Dur menelurkan jok-jok berkualitas.
Cara bicara Nabi dikenal jelas, rapi, mudah dipahami,
padat, dan penuh makna. Maka tidak salah ahli bahasa menuturkan paling baiknya
perkataan ialah perkataan yang sedikit dan bermakna. Artinya kualitasnya
komprehensif. Tidak mudah mencari kemarahan Nabi, beliau selalu menyunggingkan
senyum di sela-sela sabdanya. Dan yang terakhir Nabi sangat mengkormati
audiens.
Sebenarnya buku ini tidak hanya terbatas bagi orang musli
untuk menjadi pembicara unggul penuh energi. Siapapun patut menerima bocoran
cerdas ini. Karena buku ini juga menuntut speaker memiliki karakter. Penuturan Fikri
tidak membutuhkan dua kali berfikir untuk melaksanakannya. Kosa kata yang
dipakai begitu mudah dipaham. Pengalamannya sebagai public speaker mempermudah
pembaca memahami apa yang dipaparkannya. Jika anda berminat menjadi motivator
unggul, buku ini tepat dijadikan rujukan.
Data Buku
Judul: Islamic Public Speaking, A Powerful Secret for
Powerful Muslim Public Speaker
Penulis: SuperFikr (Fikri Abdillah)
Penerbit: Tiga Serangkai, Solo
Cetakan: Pertama, Februari 2012
Tebal: xii + 116 Halaman
ISBN: 978-602-9211-43-6
*Pernah tayang di Rimanews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar