Minggu, 08 Februari 2015

Nikmat Tuhan mana lagi yang kaudustakan?



Nikmat Tuhan mana lagi yang kaudustakan?
Jumat, 230115

Bacaan surat Yasin di mesjid belum rampung dihatamkan. Aku menuju mesjid berjalan kaki. Kulihat ada orang berumur sekitar 55+ yang sebelah kaki dan tangannya mati. Ya, mati, stroke. Dia berjalan tertatih-tatih menuju mesjid. Berusaha menggerakkan badan kirinya dengan tidak mudah. Berjalan dengan berpegangan pada pagar jalan. Pelan sekali. Masih lebih cepat jalannya anak berumur 4 tahun. Sesekali dia berhenti mengatur nafasnya yang tak seimbang. Lalu dia melanjutkan jalannya, menuju mesjid, mendatangi panggilan Allah, solat jumat.

Di belakangku banyak santri yang masih menyantaikan diri. Berhahahihi dengan temannya. Senang sekali. Mereka seolah mengabaikan bacaan surat Yasin yang sebentar lagi selesai. Para santri ini masih berbadan segar bugar. Mereka pemuda berdarah membara. Tidakkah mereka menyadari bahwa sehat hanyalah titipan? Sehingga sakit bisa saja datang dengan proses yang sangat cepat dan tak terduga? Bahkan tanpa sebuah alasan pun, sakit bisa menyerang kita.

Beruntunglah kita yang masih mau menyadari keadaan. Terkadang kita menjadi sadar bukan karena tidak tahu alasannya, tetapi butuh orang lain sebagai pengingat. Seperti namanya, manusia berarti lupa. Manusia memang pelupa. Mungkin karena ini kita diwajibkan amar makruf, mengajak kebajikan. Sebagai peredamnya kita juga diwajibkan nahi munkar, mencegah kemungkaran, hal yang membikin sengsara.

Jika demikian adanya, kita tinggal memilih. Mau jadi orang sadar atau tak mau sadar. Bukanlah manusia sempurna jika tak berkeinginan menjadi lebih baik. Dan catatanku, sangat indah lo menjadi orang sadar. :) Hanyalah orang sombong yang tidak mau mengakuinya. Wallahua'lam bisshawab. Allah lah yang mengetahui hakikat kebenaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar