Nafsuku Tuhanku • 22 Januari 2015•
Entahlah, tahun 90an, orang
pacaran hanya berani pegangan tangan. Jika pacarnya mendatangi rumahnya, si wanita malah hanya berani mengintip malu-malu dari jendela kamar. Yang menemui di ruang tamu adalah sang ayah. Pacarnya pun -sebenarnya bukan pacar, tapi tunangan- berbincang santai dengan ayah si wanita. Si wanita hanya mampu bertemu bertatap muka saat memberi kopi atau teh yang dihidangkan. Setelah itu kembali lagi ke dalam, masuk kamar, mengintip lagi dari jendela kamarnya, dengan mulut penuh senyum bahagia. Indahnya.
Memasuki tahun milinium, orang pacaran
mulai biasa memeras dada. Sekarang (saat kutulis catatan ini) tahun 2015 awal,
tentu saja pacaran tak berciuman berupa aib dalam pacaran. Bahkan orang tak
punya pacar termarginalkan bak manusia gagal mental. Bisa dibilang, sekaranglah
masa gemilang bagi nafsu berahi. Banyak manusia telah tunduk diperbudak
kenikmatan dunia yang sesaat. Moral menjadi barang langka.
Entah bagaimana orang pacaran
sekarang. Ah, ya, hampir kulupa. Kau, wahai yang membaca catatan ini, sekarang
tahun berapa? Bagaimana pacarannya? Atau nikah sudah menjadi barang usang?
*catatan ini dirancang tahan lama dan dibaca manusia selanjutnya. Seperti catatan harian Ahmad
Wahib dan Soe Hok Gie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar