Senin, 16 Februari 2015

Masa Lalu Sudah Berlalu, Esok Tak Pernah Bosok

160216 • Setelah kau bertanya tentang masa laluku.

Tidak mau membenarkan diri atau membela diri.

Perilaku seseorang sangat tergantung pada keadaan sekitarnya. Tidak bisa disamakan antara keadaan orang yang di kota besar dengan orang yang berdomisili di pesanren. Kondisi yang berbeda akan menghasilkan patokan nilai yang berbeda pula.

Sekali lagi itu semua masa lalu.

Hanya saja, masa lalu seseorang terkadang sangat kelam dan kejam untuk diungkap.

Begitulah kejujuran, kadang manis, tapi lebih sering pahit, bebab aku bukan Nabi yang maksum, bukan Rasul yang agung, apalagi Malaikat yang suci. Aku hanya manusia biasa yang tak bebas dari dosa. Adalah hal biasa manusia pernah berbuat dosa. Yang luar biasa ialah manusia yang berbuat dosa, kemudian menyadari kekeliruannya, dan berniat tidak akan mengulangi lagi, serta dibuktikan dengan perilaku pribadinya saat ini sebagai bentuk proses, langkah menuju taubat.

Aku sengaja tidak bertanya padamu tentang masa lalumu, bukan karena apa, tapi semua masa lalumu akan kupeluk seluruhnya, baik maupun buruk. Sebenarnya, masa lalumu adalah milikmu, saat ini milikmu, esok milik kita. Jika memang ditakdirkan bersama. Saat itulah aku berhak membimbingmu dalam pagar agama, bukan pada nafsu keserakahan atau kesesatan. Tapi jika bukan takdir, hari esok tetaplah milikmu. Lakum dinukum waliyadin. Lakukan semaumu! Berbuat baikkah, berbuat burukkah.

Yah, kusadari dulu aku memang nakal. Tapi, saat kau tanya berapa kali. Bisa kupastikan bahwa jawabanku termasuk sedikit, jika dilihat dari kacamata orang yang bersosial di kota besar. Tentu tidak kunafikan orang lain yang lebih baik dariku. Dan kutahu orang yang lebih baik dariku di kota besar adalah ada, mungkin sedikit. Aku tak tau.

Nah! Begitulah! Silahkan! Ambil keputusan! Sekadar mengingatkan, bersikaplah dewasa, menentukan jawaban dengan cermat, bukan saat emosi. Dan sebagai catatan, bohong bukanlah jalanku. Setidaknya aku sedang belajar. Belajar jujur. Jika tidak sesuai dengan inginmu, tentu aku tak bisa memaksa, dan tidak mau memaksa. Karena dirimu adalah kuasamu. Kini, hari esok masih lah milikmu.


*kesempatan terahir?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar