Selasa, 25 Juni 2013

Resensi Ulama dan Kekuasaan


Meneropong Jejak Ulama dalam Sejarah Indonesia
Melihat sejarah Indonesia memang tidak pernah lepas dari peran ulama dalam membangun masyarakat Indonesia dalam segala bidang. Jejak mereka dapat dilihat dari pergulatan mereka di masa penjajahan prakolonial (kerajaan), zaman kolonial, hingga sekarang.Dalam dunia pesantren ulama menjadi titik pusat dari setiap kebijakan yang ada. Ulama mengajarkan Islam kepada para santri seputar pelajaran yang berkaitan dengan praktek-praktek ritual, bahasa Arab, teologi, dan sufisme (halaman 85). Di Jawa ulama dikenal dengan istilah Kiai. Mereka begitu dihormati dan berada pada ruang khusus dalam hati tiap santri.
Tak pelak para masyarakat sekitar pun ikut menghormatinya. Wejangan dan wasiat keagamaan darinya begitu ditunggu, sehingga tidak salah jika mereka disebut sebagai penyanggah kebudayaan Islam yang adiluhung. Akulturasi yang dilakukan ulama cukup jitu dengan menerjemahkan kitab-kitab yang berbahasa arab dengan bahasa -Jawa dan Madura- daerah (halaman 196).
Buku yang awalnya merupakan disertasi penulisya di Universitas Leiden, Belanda, mencoba menelusuri eksistensi ulama di Nusantara melalui analisis sejarah. Jajat Burhanudin tidak hanya menjelaskan peran ulama dalam penyebaran agama dan akulturasi kebudayaan, tapi lebih menekankan pengaruh ulama dalam bidang sosial-politik. Ulama sebagai agen kontrol sosial dan aktor politik. Kajian ini dimaksudkan untuk memberi sebuah penjelasan historis tentang apa yang sekarang muncul sebagai suatu bahasa konseptual tentang ulama kontemporer: revitalisasi dan reformasi tradisi dalam rangka beradaptasi dengan tuntunan-tuntunan baru modernitas (halaman 6).
Konsen awal Jajat dalam bukunya membahas tuntas masalah penyebaran Islam melalui jalur perdagangan, keberadaan ulama dalam kerajaan, dan berdirinya Jaringan Ulama Nusantara dengan pusat keilmuan Islam Timur Tengah, Mekah-Madinah. Saat itu ulama demikian dihormati sehingga tak jarang menemukan ulama pada kedudukan kerajaan yang dihormati (halaman 17). Menjadi penasehat kerajaan, pendidik keluarga raja, dan di pelbagai institusi hukum kerajaan untuk ikut andil dalam pemutusan perkara.
Setelah sekian lama, muncullah komunitas orang Jawa di Mekah sehingga Jaringan Ulama Nusantara-Timur Tengah kian berkembang pesat. Banyak ulama yang setelah lama belajar kemudian pulang ke tanah air dengan membawa pemikiran-pemikiran baru tentang ajaran Islam. Puncaknya dengan adanya organisasi masyarakat yang pertama kali yaitu Muhammadiyah yang didirikan oleh Kiai Ahmad Dahlam pada tahun 1912. Hal ini menjadi wadah baru bagi ulama Nusantara setelah belajar dari Mekah.
Konsen dari organisasi Muhammadiyah pada pembersihan Islam dari praktik-praktik yang berbau mistisme jawi yang dinilai khurafat. Dan empat belas tahun kemudian Kiai Hasyim Asy'ari dengan organisasi pedesaan dengan nama Nahdlatul Ulama yang dikenal dengan sebutan NU mewadahi pemikiran tradisionalis.
Walapun NU tidak menolak segala aspek yang dibawa Muhammadiyah namun peresensi yakin sejak itulah persinggungan-persinggungan pendapat antara NU dan Muhammadiyah dimulai. Ada yang berpedoman teguh agar keberadaan budaya di Indonesia tidak diberangus habis melainkan cukup diluruskan dan ditata dengan wajah Islam saja. Dan ulama lainnya ingin menjadikan ajaran Islam sebagaimana ajaran yang otentik dan hanya berpegang teguh pada nas.
Buku ini menarik dibaca karena menyuguhkan gambaran tentang terbentuknya kelompok eksklusif ulama dan peran mereka dalam merespon setiap perubahan di tengah-tengah masyarakat. Peran yang mereka mainkan tidak hanya sebatas pada ranah kultural tapi juga pada ranah politik elit pemerintah setempat dan juga pada institusi keagamaan yang dibeking oleh pemerintah. Tidak hanya itu, organisasi Islam kemasyarakatan yang modern dan tradisional juga mereka genggam.
Data Buku
Judul : Ulama & Kekuasaan; Pergumulan Elit Muslim dalam Sejarah Indonesia
Penulis : Jajat Burhanudin
Penerbit : Mizan, Bandung
Tahun : I, Juni 2012
Tebal : xii + 482 Halaman
ISBN : 978-979-433-691-5
Peresensi: Achmad Marzuki,
*Pernah tayang di Hminews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar