Kemantapan
Menjalani Hidup dan Geliat Cinta Alif
Rantau 1 Muara adalah buku ketiga dari
trilogi Negeri 5 Menara. Semangat yang dibawa Ahmad Fuadi tidak
jauh beda dengan dua novel sebelumnya; semangat memperjuangkan tujuan hidup.
Novel ini lebih menantang. Jika di Negeri 5 Menara Alif
mengamalkan mantra kesungguhan “man jadda wajada” siapa yang
bersungguh-sungguh akan berhasil, dalam Ranah 3 Warna masa
perkuliahan Alif yang dengan sabar betul untuk mendapat momen-momen paling
berkesan dalam hidup; studi banding ke Kanada, maka di novel ketiganya, Fuadi
membawa Alif ke Negeri Paman Sam.
Mantra ampuh dalam buku
terakhir berupa kemantapan menempuh jalan hidup. “man shaara ala darbi washala”
siapa yang berjalan di jalannya akan sampai ke tujuan. Inilah masa dimana Alif
begitu pening menghadapi hidupnya. Alif menjadi sarjana yang memiliki keilmuan
yang cukup berkompeten. Tetapi dia lulus pada waktu yang tidak tepat; krisis
moneter. Semua bentuk kerja menjadi sulit. Banyak karyawan yang di-PHK.
Selama kuliah, Alif biasa
mendapat tambahan uang hasil dari menulis di media. Krisis moneter memaksa
redaktur pelaksana koran Suara Bandung untuk menguruskan
koran; halaman dikurangi dan bentuk koran diperkecil. Walhasil Suara
Bandung tidak lagi menerima artikel dari penulis luar yang artinya
tulisan Alif tidak akan dimuat lagi (hlm. 11-19). Dari sini Alif juga terkena
imbas krisis moneter.
Sejak itu, Alif berusaha sekuat
tenaga untuk melamar pekerjaan. Tetapi keadaan sungguh tidak mendukung, memaksa
Alif untuk hutang sana-sini untuk menghidupi kehidupannya sendiri. Kehidupan
Alif berada di titik nadzir. Lelaki berbadan tegap dengan tato di lengannya
mendatangi kosnya. Lelaki itu adalah penagih hutang, debt
collector. Tetapi sore harinya, Alif kedatangan surat yang cukup
mengademkan hatinya; surat wawancara dari Majalah Derap, majalah nomor satu di
Indonesia.
Kesungguhan Alif mencari kerja
membuahkan hasil. Ia diterima sebagai wartawan majalah yang kerap dibredel orde
baru itu. Di sini lah Alif berkembang pesat. Independensi benar-benar dijunjung
dan berpihak pada kebenaran. Alif merasa menjadi super hero pembela kaum
tertindas. Banyak tantangan yang kerap mengintimidasi wartawan Derap. Mas Aji
sebagai senior selalu memberi suntikan-suntikan penyubur karakter. Wartawan
Derap tidak boleh mendapat sogokan berupa apapun jenisnya, jelas Mas Aji.
Tiga bulan lebih Alif menjadi
wartawan Majalah Derap. Secara jujur, Alif mengaku senang bekerja sebagai
wartawan, tetapi Alif menginginkan gaji yang lebih besar. Alif juga menghidupi
adik dan amaknya di Padang. Alif memantapkan jalan hidupnya, dia bertekad
meneruskan studinya S2 di Amerika, mengincar beasiswa penuh dari Fulbright. Berkat bantuan Pasus dan
Dinara, perempuan bermata indah yang selalu menggetarkan hatinya, Alif lulus
seleksi dan terbang ke Amerika.
Dinara tidak bisa lepas dari
ingatan Alif. Hubungan mereka berdua telah sangat akrab. Orang-orang kantor
dengan terang-terangan mendikte hati mereka untuk bersatu. Tidak bisa dipungkiri,
Dinara juga memiliki hati padanya. Alif tidak ingin kehilangan wanita yang
selalu meneror hatinya. Ia memberanikan diri mengungkap isi hatinya lewat
tulisan, chatting internet (hlm.
234-240).
Seperti wanita lainnya, saat
Alif mengungkap isi hatinya, Dinara tidak langsung menjawab. Menggantung.
Tetapi hati mereka telah lama bersatu. Akhirnya Dinara dan Alif sepakat
melanjutkan hubungannya dalam ikatan suci, pernikahan. Tetapi tidak mudah
menembus hati bapak Sutan Rangkayo Basa, ayah Dinara. Dengan bantuan ibu
Dinara, akhirnya hati sang bapak luluh juga dan menyetujui anak gadisnya
dipersunting Alif.
Alif membawa Dinara ke tanah
Paman Sam. Di sana keluarga kecil ini banyak terbantu oleh lelaki bernama lakob Garuda.
Lelaki ini adalah seorang yang baik hati, pekerja tekun, dan friendly.
Garuda bak malaikat bagi Alif. Telah banyak sekali Alif dibantunya, mulai
memberikan tumpangan kos, memasakkan, dan merawatnya kala sakit. Mas Garuda
menganggap Alif sebagai adiknya. Ia merasa Alif sangat mirip dengan adiknya
yang telah lama meninggal.
Tragedi menggeparkan, hancurnya
gedung WTC, membuat suasana kian tak tentu. Mas Garuda hilang entah kemana.
Alif telah berusaha mati-matian mencari sosok yang telah dianggapnya sebagai
abangnya sendiri. Penjagaan Negara semakin ketat, tidak ada seorang pun
diperbolehkan masuk ke area reruntuhan gedung. Untungnya Alif dan Dinara
diperbolehkan dengan alasan sebagai wartawan. Tetapi hasilnya tetap nihil,
Garuda tak ketemu dimana ia hinggap.
Mantra kemantapan hidup yang
dibawa oleh Fuadi bermuara pada jalan yang diridhai Tuhan. Semangat
religiusitas tak luput dari sentuhan indah. Novel ini sungguh memberikan
suntikan semangat kesungguhan dan kemantapan menjalani hidup. Maksud dari jalan
yang tepat di sini adalah memiliki rencana masa depan yang jelas. Dalam jangka
lima tahun ke depan, kita akan menjadi apa. Di sana lah, pembaca diajak
menerawang masa depannya sendiri. “Novel ini sangat cocok bagi mereka yang
sedang mencari kerja, mencari jodoh, dan mencari tujuan hidup” begitu Ahmad
Fuadi menuturkan. Akan kemana hidup kita bermuara?
Data Buku
Judul : Rantau 1 Muara
Penulis : Ahmad Fuadi
Penerbit : Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Cetakan : Pertama, Mei 2013
Tebal : xii + 405 Halaman
Harga : Rp. 75.000,00
Peresensi: Achmad Marzuki, bisa dihubungi di twitter @JuckyAntik
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar