Resep Mendidik
Anak Ala Rasulullah
Tidak bisa
dipungkiri bahwa Rasulullah adalah manusia yang memiliki kepribadian unggul.
Pola kehidupannya selalu menjadi panutan bagi umatnya, termasuk tata cara mendidik
anak. Setiap manusia terlahir dalam keadaan fitrah; bersih dari dosa dan tidak pula
mengerti tentang pengetahuan. Menangis hanyalah satu-satunya komunikasi yang dapat
dilakukannya. Perkembangan tiap periode hidupnya tergantung pada bagaimana
orangtua mendidiknya.
Hal ini sesuai
dengan yang pernah disabdakan Nabi “Tidak ada seorang bayi pun melainkan
dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orangtuanyalah yang menjadikannya
Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. Tutur Nabi ini menegaskan bahwa orangtua
memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan perkembangan anaknya.
Hadirnya buku berjudul “Cara Bijak Rasulullah dalam Mendidik Anak”
besutan Nur Kholish Rif’ani ini merupakan sebuah ikhtiar bagaimana seharusnya
orangtua mendidik anaknya.
Untuk
menciptakan bibit anak yang berkualitas harus dipupuk dengan prilaku dan
kepribadian orangtuanya terlebih dahulu. Para orangtua harus membekali diri
dengan kualitas pribadi yang unggul. Hal ini diawali saat mencari calon suami
atau calon istri, kemudia masa-masa anak dalam kandungan hingga sang buah hati
lahir ke dunia. Bekal yang harus dimiliki adalah memiliki semangat untuk
menerima berbagai informasi. Semangat belajar inilah yang diharapkan nantinya
terwariskan pada sang buang hati.
Resep pertama
berupa; mendo’akan calon anak. Yaitu sejak masih dalam tulang sulbi seorang
ayah, masih berupa nuthfah, saat bayi akan lahir, hingga kehadirannya di
dunia. Do’a atau permohonan pada Sang Ilahi merupakan senjata paling ampuh
melawan dan menahan serangan dari musuh. Yang dimaksud musuh di sini berupa
kebodohan. Selektif memilih tempat benih pun termasuk dari do’a fi’liyah (aksi-prilaku)
seorang lelaki. Jika benih unggul dan tanah tempat benih pun unggul, maka akan
tumbuh tunas yang unggul pula (hlm. 37). Rasulullah selalu mendo’akan
putra-putrinya sejak dalam kandungan hingga dilahirkan ke dunia.
Pada masa
kelahiran hingga usia tiga tahun, anak membutuhkan banyak stimulan agar
saraf-saraf di otaknya dapat berkembang pesat, sehingga melahirkan kecerdasan
yang optimal. Masa-masa ini, konsen yang diperkuat oleh anak adalah kemampuan
perkembangan berkomunikasi, cara berpikir dan cara bersosialis. Di dalamnya
terjadi proses pembentukan jiwa yang menjadi dasar keselamatan mental dan
moralnya kelak.
Proses ini
diawali dengan memberinya nama yang baik. Setelah usianya bertambah, perhatian
orangtua harus ditingkatkan. Hal ini penting mengingat orangtua sekarang
terlalu sibuk pada kegiatan-kegiatan kerjanya, terlebih jika anak sakit
membutuhkan perhatian yang ekstra. Dan yang tak kalah penting adalah menyusui
anak hingga berusia dua tahun. Ini khusus para ibu yang menyibukkan diri dengan
pekerjaan. Karena ASI sangatlah penting dalam proses pembentukan sel-sel
kecerdasan sang buah hati.
Masa
kanak-kanak juga merupakan masa pertumbuhan emosional anak dengan mulai belajar
mencintai atau membenci sesuatu. Tugas orangtua membangkitkan dan mengarahkan
potensi alamiahnya dengan menanamkan cinta pada Nabi Muhammad Saw. Cinta pada
Rasulullah jelas merupakan wujud kesaksian setelah kesaksian pada Allah Swt. Rasa
cinta ini akan memberikan dampak positif pada pertumbuhan dan perkembangan jiwa
anak selanjutnya (hlm. 65).
Setelah usia
anak menginjak pada tahun keempat hingga kesepuluh maka tanamkanlah kejujuran
yang murni, berupa memberi contoh dengan perkataan yang jujur. Sikap jujur ini
merupakan sumber pusat dari sifat kebajikan. Tindakan korupsi yang merajalela
adalah tindakan yang tidak peduli pada kejujuran. Sikap lembut pada anak juga
akan mempengaruhi pola pikir anak. Jika anak berbuat salah, nasehatilah dengan
lemah lembut. Tahun kesepuluh, tuntun dan ajarkanlah anak untuk beribadah.
Moral yang kokoh akan terbentuk sejak dini.
Dunia anak
tidak akan lepas dari canda dan tawa. Rasulullah juga mengajak putra-putrinya
bercanda. Diriwayatkan oleh Jabir “Saya menemui Nabi Saw ketika itu beliau
berjalan merangkak sedangkan Husain dan Husein sedang bercanda berada di
punggung Nabi. Lalu Nabi bersabda, ‘seganteng-ganteng orang adalah kalian
berdua dan seadil-adilnya orang adalah kalian berdua pula”(hlm. 149).
Data Buku
Judul: Cara
Bijak Rasulullah dalam Mendidik Anak
Penulis: Nur
Kholish Rif’ani
Penerbit: Real
Books, Yogyakarta
Cetakan: I,
Februari 2013
Tebal: 156
Halaman
Pernah tayang di Eramadina.com
http://eramadina.com/resep-mendidik-anak-ala-rasulullah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar