Leadership Ala CEO Koplak
Pemimpin sebuah perusahaan selalu identik dengan jas rapi, dasi
mencekik leher, sepatu pantopel, dan rambut rapi klimis. Semua serba
rapi dan tertata. Tapi jangan harap semua model kekakuan seperti itu ada pada
seorang pemimpin atau CEO (chief executive officer) atau Owner
atau pemilik tunggal atau bos penerbit yang satu ini. Lelaki kelahiran Madura ini,
membawa bahtera DIVA Press dengan cara yang inkonvensional. Bahkan ukuran sukses
yang dituju pun berbeda dengan perusahaan yang lain. Sukses bukan diukur dari
seberapa besar pemasukan tetapi seberapa banyak jumlah karyawan.
Edi Mulyono atau yang kerap menggunakan nama @Edi_Akhiles ini
memimpin DIVA Press dengan cara aneh, unik, kreatif, dan koplak. Aturan pertama
berupa out of the box. Seperti penampilannya sendiri yang selalu
berpakaian santai ke mana pun ia mau, bahkan ke kantor sekalipun. Pikirannya tidak
tertahan dengan tampilan luar tetapi lebih fokus akan kreativitas pola pikir. Melihat
dari sisi sebaliknya yang lebih berkualitas.
Aturan kedua; injak pakem, lompati definisi. Sebuah definisi
cenderung mengikat dan menuntut kemutlakan keseragaman, padahal hidup berupa
keragaman. Bagi Edi, definisi akan mengekang kreativitas kerja, oleh karenanya
Edi menciptakan definisi baru berupa kebebasan mencari ide dalam meraih kualitas.
Cara menghukum karyawan pun tidak dengan pukulan atau aturan paten yang
menyesakkan. Pernah suatu saat, Edi hanya menghukum karyawannya dengan meng-up
load fotonya di twitter dan membuatnya jera.
Satu hal yang tidak boleh hilang dalam perusahaannya adalah
keharmonisan antar tim. Edi percaya, dengan kekompakan tim semua rintangan
dapat diatasi dengan mudah dan ringan. Kesenggangan antar karyawan akan
menumbuhkan masalah satu semakin berjibun. Untuk mencipta harmonisme kerja, Edi
hanya cukup memberi mereka tugas dalam satu tim. Bukti keunikan Edi dalam
memberi solusi adalah pada saat terjadi kesalahan jumlah cetak. Si karyawan
pusing bukan mainan, karena cetak ulang yang tidak banyak tentu akan membuat
pengeluaran yang membengkak. Akhirnya Edi malah menyuruh si karyawan untuk
shalat dluha. Sangat unik dan mempan.
Edi selalu percaya kuasa do’a dalam kinerja kerja. Pernah juga
kedatangan seorang ayah dari karyawan barunya datang untuk meminjam sejumlah
uang. Bagi Edi, jumlah yang disebutkan tidak seberapa tetapi jumlah tersebut
sangat berharga bagi si bapak. Dengan embel-embel do’a keberkahan dan ancaman
kemelaratan akhirnya Edi meloloskan proposal peminjamannya. Padahal menurut
logikanya, si bapak hanya meminjam uang tanpa pikir panjang, bahkan hingga sekarang
utang tersebut belum dikembalikan. Tidak hanya itu, CEO Koplak ini juga
menanamkan kebiasaan kantor yang agamis. Bagi karyawan muslim, semua harus
shalat duhur berjamaah di mushalla.
Cara membuat kapok karyawan dalam melanggar juga tidak biasa. Pernah
suatu ketika, ada dua karyawan yang meminta ACC absensi. Pak Bos tidak marah,
hanya memfoto keduanya dan meng-up load-nya di twitter dengan tulisan “Jangan
tiru Queens off ACC absen ini @divapress01”. Kontan dua karyawan tersebut
dibully oleh orang-orang sekantor redaksi. Tentu saja tidak ada seorang pun
yang suka dibully.
Walau sikap Owner ini penuh dengan guyonan, tetapi ia sangat
disiplin tentang penerbitan. Dalam dunia penerbitan, self publishing sangat
mematikan kreativitas penulis bahkan akan menumbuhkan rasa sombong dengan
kualitas yang kurang mumpuni. Menurut Edi, karya seseorang yang dipublikasikan
harus layak cetak dan dibutuhkan pembaca. DIVA Press akan selalu membantu
percetakan penulis, bahkan penulis pemula sekalipun dengan syarat layak terbit.
Jalan menuju penulis yang memiliki kualitas tulisan layak cetak
berupa menghadirkan lomba-lomba kepenulisan yang berhadiah mencengangkan. Selama
ini CEO koplak ini pernah mengadakan training menulis rutin setiap tahun untuk
30 orang terpilih selama 3 hari 3 malam, dengan full fasilitas free. Pernah
mengadakan lomba menulis cerpen selama dua bulan dan pesertanya lebih dari
3.400 naskah. 30 naskah terbaik diterbitkan jadi buku. Hadiah bermacam-macam, 3
terbaik dihadiahi tablet dan Black Berry. (hlm. 66-67)
Kalau boleh dibilang, DIVA Press adalah satu-satunya penerbit yang
membuka dengan selebar-lebarnya “jalan masuk” bagi penulis muda untuk meraih
cita-citanya. Sebuah karakter harus ditampilkan, tanpa karakter semua hal akan
terabaikan dan hilang. Begitu Bos Penerbit tulis dalam buku sederhana ini. Sikap
koplak tentu tidak bisa lepas dari sosok @Edi_Akhiles ini. Dengan buku mungil
setebal 155 halaman ini, CEO Koplak ini menyuntikkan semangat tulis pembaca dan
menebar virus-virus kekoplakan dalam hal kepemimpinan. Menarik!
Data Buku
Judul: CEO KOPLAK! Gue Ogah Biasa, So Gue Harus Gila!
Penulis: @Edi_Akhiles
Penerbit: Laksana (PT DIVA Press), Jogjakarta
Cetakan: Pertama, Maret 2013
Tebal: 155 Halaman
Peresensi: Achmad Marzuki
*Pernah tayang di Rimanews.com
http://www.rimanews.com/read/20130706/109326/leadership-ala-ceo-koplak
http://www.rimanews.com/read/20130706/109326/leadership-ala-ceo-koplak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar