Rabu, 19 Juni 2013

Resensi Melbourne Memang Dahsyat!


Catatan Inspiratif Pelajar Melbourne
Australia merupakan salah satu negara yang memikat. Pasalnya benua kecil ini termasuk dalam kategori sepuluh negara terbaik di dunia dalah hal kesejahteraan. Menurut Heritage Foundations, Australia telah memnuhi kreteria yang ditetapkan, yaitu dinilai dari segi ekonomi, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, keamanan, kebebasan individu, dan modal sosial. Mimpi indah ini harus ditanamkan dalam-dalam. Dengan begitu, mimpi akan selalu tersimpan rapi dan termotivasi untuk selalu mengusahakan agar tiap hari semakin dekat dengan mimpi tersebut.
Mimpi kecil itulah yang membawa Marjohan ke negeri kanguru ini. Dengan semangat juangnya yang tanpa kenal putus asa, ia membentuk suatu lintasan yang berujung pada mimpi yang menjadi kenyataan. Prestasi sebagai pendidik terbaik nasional membawanya pada mimpi yang tertancap subur dalam dirinya. Negara cukup respek pada guru yang berprestasi. Telah banyak buktinya, seperti diberikan studi banding ke singapura, malaisia, dan australia.
Marjohan tidak sendirian mendapat hadiah studi banding ke Melbourne. Ia bertiga dengan  yang lain; Desi dan Inhedri. Awalnya, direncanakan sebanyak lima orang yang berangkat. Tetapi dengan alasan tertentu dua orang tidak bisa ikut. Penerbangan dari bandara sukarno-hatta ke sidney membutuhkan waktu selama enam jam. Penukaran uang rupiah ke dolar australia dilaksakan di sidney, karena saat di bandara bung karno-hatta tidak menyediakan dolar australia dengan maksimal. Setelah itu, transit pesawat lagi dari sidney menuju Melbourne.
Sesampainya di Melbourne mereka dikagetkan oleh penerima mereka. Profesor ismet dan istrinya menyambut dengan sangat ramah, bahkan rela mengangkatkan tas-koper milik Desi. Tetapi jawaban profesor hebat itu lebih mengagetkan “adalah biasa sorang profesor di sini menjadi sopit atau tukang angkat-angkat,”. Dalam perjalanan ke penginapan suasana berbeda mulai tampak. Jalanan begitu sepi dan beraspal mulus, padahal bukan jalan tol. Jalan raya juga dipagari tembok yang tinggi, katanya untuk menjaga agar kanguru tidak tertabrak mobil.
Walau dirinya telah tumbuh dewasa, Marjohan mengaku tetap merasa sedikit was-was dengan perjalanannya yang cukup jauh dari keluarga. Tetapi kedewasaannya telah berhasil dikuasai, sehingga tindak-gerak-geriknya tidak terlalu menampakkan bahwa ia baru pertama kali ke australia. Marjohan memilki strategi dalam mengatasi ini; yaitu memasang mata dan telinga. Artinya selalu melihat sekitar, siapa tahu ada petunjuk tujuan. Dan telinga untuk mendengar percakapan atau mendengar jawaban saat bertanya.
Mereka mulai menyusuri kota. Melihat statistik pendidikan juga unik. Jumlah siswa SMP, SMA, dan mahasiswa grafiknya sama. Artinya mereka semua terorgansir dengan baik. Sangat berbeda dengan pendidikan di indonesia. Grafik pendidikan seperti piramida, semakin tinggi pendidikan, semakin sedikit pula pesertanya. Sepuluh perguruan tinggi terbaik merupakan pendidikan negeri. Artinya, mereka semua mendapat bantuan dari negara.
Sistem transportasinya jangan disamakan dengan di negeri seribu pulau ini. Selama di australia, Marjohan belum pernah menemukan jalan yang berlubang, begitu mulus dan lebar.  Di tiap pertigaan atau perempatan bertraffic light memiliki tempat sampah yang tidak kumuh. Kebanyakan yang dipakai adalah mobil. Walau begitu tidak ada yang ugal-ugalan. Karena ada banyak kamera pengintai. Jika over speed, beberapa hari berikutnya pasti datang penagih denda over speed d rumahnya.
Jangan dikira hidup di australia begitu mudah. Karena tidak ada yang gratis di sana. Di apartemen, melihat DVD harus membayar 6 dolar, internet 3 dolar perjam, hanya televisi yang tidak bayar. Marjohan mengaku, selama tinggal di sana, ia belum pernah sekali pun bertemu dengan serangga; lalat, nyamuk, kecoak, atau pun jangkrik. Kehidupan di australiah begitu mapan dan disiplin. Tidak ada jam karet di sana.
Tujuan utama mereka studi banding masalah pendidikan. Di Australia juga diadakan UN (ujuan nasional). Hanya saja tujuannya berbeda. Jika di indonesia dijadikan standar kelulusan, tetapi di australia hanya sebagai alat ukur pemahaman siswa. Sama dengan ujian sekolah biasa. Jika ada nilai yang kecil, ia akan diberikan pelajaran intensif sendiri. Atau bahkan UN dijadikan momentum mencari bidang pelajaran yang sesuai dengan pikirannya. Artinya bisa saja mereka tidak mengulang nilai yang jelek, tetapi menambah kualitas pendidikan yang disukainya.
Buku bertajuk Melbourne memang dahsyat ini menarik disimak. Banyak saran konstruktif yang terkandung di dalamnya. Yang patut dipetik ialah tentang alat transportasi dan metode pendidikannya. Banyak sekali hal yang dapat ditiru dari pelajaran buku ini. Walaupun cara penceritaannya datar-datar saja, ini tidak mengurangi nilai buku. Karena yang ditekankan dalam catatan harian ini adalah mendapatkan inspirasi dari buku ini, bukan fantasinya.
Data Buku
Judul: Melbourne Memang Dahsyat!
Penulis: Marjohan
Penerbit: Diva Press, Jogjakarta
Cetakan: Pertana, Mei 2013
Tebal:  193 halaman
Harga: Rp. 35.000,-
Peresensi: Achmad Marzuki, Pegiat Farabi Institute, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Walisongo Semarang
*Pernah tayang di Eramadina.com
http://eramadina.com/catatan-inspiratif-pelajar-melbourne/

2 komentar:

  1. Terimakasih kepada sahabat yang telah membaca buku ini- pengalaman kami- mogamoga sahabatku juga memiliki pengalaman ispiratif
    http://penulisbatusangkar.blogspot.com/
    https://www.facebook.com/marjohan.usman

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, saya merasa terhormat. blog yg sederhana ini didatangi penulis produktif nan inspiratif.
      saya salut sama semangat hidup bapak Marjohan. ツ
      dari dulu saya kepengen belajar di luar negeri. semoga juga kesampaian. ツ

      Hapus