Minggu, 30 Juni 2013

Resensi Cahaya Purnama Kekasih Tuhan

Sosok Muhammad di Mata Orientalis
Sebenarnya telah banyak karangan para orientalis yang mengisahkan tentang kepribadian Muhammad, Sang Nabi ummat muslim. Karya tersebut beragam bentuk sesuai kapasitas kepandaian seorang penulisnya. Mulai dari abad pertengahan, Dante menulis Divine Comedy yang melukiskan Nabi Muhammad menanggung siksaan abadi di jurang neraka yang terdalam. Dante menulis tersebut karena merasa aneh dengan datangnya 'agama baru' dan kemudian secara politis berhasil menguasai wilayah Laut Tengah, yang awalnya termasuk wilayah Kristen.
Umat Islam tidak tinggal diam setelah muncul penggambaran Nabi mereka yang tidak patut. Syed Ameer Ali menulis buku berjudul Life and Teaching of Muhammad, or The Spirit of Islam yang diterbitkan pada 1897 M. Setelah itu muncullah biografi Sang Nabi yang dirujuk dari sumber-sumber arab klasik dengan penelitian mendalam, Le Prophete d'Islam karya Muhammad Hamidullah. Ada lagi biografi Muhammad yang ditulis Martin Lings. Bahkan biografi Nabi terbaru ditulis bernuansa sastra, novel biografi Muhammad yang ditulis Tasaro GK. Sebuah gerakan baru dan menyegarkan.
Tentu saja karya dari orientalis lebih objektif dalam menilai, karena mereka terbebas dari kewajiban menghormati. Sungguh menumpuk refferensi buku yang menuliskan tentang kehidupan Sang Nabi, tetapi belum ada yang menuliskan tentang seberapa besar rasa cinta dan penghormatan seorang muslim pada Nabinya. Annemarie Schimmel memberikan perspektif baru tentang Nabi Muhammad saw. Buku bertajuk dan Muhammad Adalah Utusan Allah, Cahaya Purnama Kekasih Tuhan ini mengeksplorasi perwujudan rasa cinta dan penghormatan umat muslim yang mendalam pada Nabinya.
Schimmel mengawali dengan menyebutkan catatan biografis karya terdahulu para orientalis dan orang muslim sendiri. Dia menjelaskan perubahan-perubahan pandangan orientalis pada Nabi muslim. Dari karya yang sekadar berupa rasa kesal, karya apologis, hingga karya yang dilakukan dengan riset yang mendalam. Ketidakpahaman orang non muslim bahwa sebegitu mulianya Muhammad di mata muslim menjadi landasan ricuhnya sebuah karya.
Buku ini mencoba menengahi dua kubu tersebut. Selanjutnya Schimmel memaparkan kepribadian Nabi Muhammad. Mulai dari masa kecil, remaja, berkeluarga, bahkan sikap istri-istrinya. Teladan sikapnya begitu memukau. Nabi Muhammad merasa bahwa apapun yang terjadi atas dirinya adalah anugerah Allah swt yang tak dapat dijelaskan. Nabi tidak pernah menyangka bahwa wahyu akan diturunkan kepadanya. Semuanya bukanlah inisiatif Nabi Muhammad sendiri. (hlm. 43)
Kecintaan umat Islam sendiri pada Nabi Muhammad begitu tinggi. Begitu banyak syair yang menyanjung ssang nabi dengan bahasa Arab dan Persia. Semua tahu bahwa sastra Arab dan Persia begitu indah dan syahdu. Segala bentuk pujian tersanjung pada Sang Nabi. Al-Khaqani mendiskripsikan dalam sajaknya “Dengan pakaian putih, dia tampak bagai mutiara. Dengan baju merah, dia bagaikan bunga mawar”. Muslim Indonesia mengenal burdah dan diba'an. Keduanya berisi sajak-sajak sanjungan dan shalawat pada Nabi Muhammad saw.
Selanjutnya Schimmel melhat posisi Muhammad sebagai pribadi yang unik. Sebagaimana Nabi lainnya, ia adalah lelaki ma'shum (terpelihara dari dosa). Nabi Muhammad juga memiliki predikat ulul azmi (memiliki keteguhan hati yang kuat). Ada lima Nabi yang mendapat gelar ulul azmi; Nabi Muhammad, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Nuh. (hlm. 89) Dengan istilah lain, ulul azmi diartikan sebagai orang yang memiliki kesabaran yang teguh. Tetapi, ini bukanlah dalil bahwa Nabi lain tidak sabar, karena semua Nabi adalah penyabar.
Sebagai seorang Nabi, tentulah memiliki mukjizat dan legenda. Mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa dan berfungsi dapat melemahkan sesuatu yang lain. Biasanya mukjizat lebih diidentikkan dengan keistimewaan yang ada dalam diri Nabi dan Rasul. Artinya mukjizat ini mucul manakala ada seseorang yang meminta bukti kebenaran berita kenabian. Sedangkan legenda, maksudnya peristiwa-peristiwa istimewa dan biasanya tidak masuk akal. Seperti kisah masa kecil Nabi yang hatinya dicuci oleh malaikat atau pun kisah perjalanan malam (isra' mi'raj) Sang Nabi.
Schimmel tidak hanya merekam jejak Nabi Muhammad saja. Dia juga mengeksplore pemikiran muslim pramodern yang mengulas tentang kepribadian Sang Nabi. Seperti adanya Thariqah Muhammadiyah di India. Kemudia, jika berbicara penghormatan pada Nabi, aspek ini tidak akan lepas dari karya Muhammad Iqbal, seorang filsuf India-muslim. Dalam karya Iqbal, Nabi tampil menjadi pusat spiritual muslim. Bahkan secara radikal Iqbal dalam Javidnama mengungkapkan “Tuhan dapat kau ingkari, namun Nabi tidak!”. (hlm. 344)
Dengan risetnya yang cukup komplit, dapat dikatakan karya Annemarie Schimmel ini sebagai karya monumental. Sebagai seorang orietalis, Schimmel menceritakan sosok Muhammad sebagai pribadi nomor wahid di dunia. Ia sepakat dengan riset yang dilakukan Michael H. Hart dalam karya terkenalnya 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia. Agar tidak terjadi kealpaan pemahaman, buku ini wajib dibaca siapapun yang ingin mengenal Sang Nabi secara personal, terutama umat muslim sendiri. Wallahua'lam bishhawab.

Data Buku
Judul: dan Muhammad Adalah Utusan Allah, Cahaya Purnama Kekasih Tuhan
Penulis: Annemarie Schimmel
Penerbit: Mizan, Bandung
Cetakan: I, Juni 2012
Tebal: 474 Halaman
Peresensi: Achmad Marzuki, @JuckyAntik
*Pernah tayang di hminews.com
http://hminews.com/buku/muhammad-di-mata-orientalis/

Sabtu, 29 Juni 2013

Resensi Gila PHP

Gara-Gara PHP Lupa dengan yang Dekat
Bagi seorang gamer, hidup ini sama seperti permainan game. Sangat simpel dan menantang untuk ditaklukkan. Jika kita tahu mengalahkannya, kita akan menguasainya. Belajar pun dianggapnya sebagai stage-stage menuju kemenangan. Juli Owinter, seorang lelaki yang maniak game sejak umur lima tahun. Hingga tahun terakhir di bangu SMA kehidupan game-nya terusik gara-gara  Ricky, lawan ngegamenya semasa kecil yang sekarang menjadi kawan dekatnya.
Masa SMA adalah masa-masa paling indah dan bersejarah. Oleh karena itu, buatlah masa SMA sebagai kenangan manis penuh cita. Karena itu semua akan menjadi bahan cerita pada anak-anak kita nantinya. Jika kehidupan semasa SMA datar-datar saja tanpa tanjakan, siapa yang sudi mendengar kisah lurus semacam itu. Begitu pidato Ricky di tengah-tengah berkunjung ke rumah Juli. Setidaknya, ciptakanlah cerita cinta, karena manusia tidak akan bosan mendengar kisah cinta.
Adalah Sekar, primadona sekolah yang sejak pertama sekolah telah populer di mata lelaki. Tidak ada yang menyangkal pesona kemolekan model pupuk kompos alami yang selalu tampil di stasiun televisi lokal ini. Entah apa hubungannya antara pupuk kompos dengan wanita cantik. Jacob Julian, penulis buku ini, tidak bisa melepaskan jiwa absurdnya yang telah menyatu. Logika konyolnya selalu tampak pada momen-momen terdesak sekalipun. Seperti; sekar memiliki hidung dan dagu yang mancung, curiga kalau sering ‘diserut’.
Juli yang notabene sebagai lelaki cupu dan gamer menyukai primadona sekolah ini membutuhkan pendekatan ekstra untuk meraih perhatian Sekar. Ricky dan Inez adalah teman setianya yang selalu siap membantu dalam kisah cintanya yang akan diukir. Inez pernah memberi masukan bahwa perempuan itu seperti merpati. Mereka jinak tapi mematuk. Kalau dipatuk ada dua kemungkinan. Kembali atau mencari rumah baru. (hlm. 29) Untuk itu, lelaki harus sabar menanti luluhnya hati sang merpati.
Tidak mudah mendekati Sekar. Hidung dan dagunya yang mancung selalu menjadi daya tarik kaum adam, dari adik kelas, kakak kelas, seangkatan, bahkan dari golongan guru ada yang menyukai Sekar. Dapat dibilang Sekar termasuk wanita eksploitator cantik, karena dengan mengumbar kecantikannya, Sekar mengeruk perhatian lelaki. Juli yang cupu pun menjadi korbannya. Pada suatu acara yang tak pernah terduga. Sekar mengadakan permainan truth and dare. Siapa pun yang berhasil lolos akan menjadi pacarnya.
Berkat bantuan Ricky dan Inez, Juli menjadi peserta pertama. Dalam kegugupannya, tanpa sadar, Juli mengungkapkan rasa cintanya pada Sekar. Pram, sebagai ketua gen  tak mau tinggal diam, dia langsung menuju pentas dan ikut meladeni tantangan Sekar. Ditetapkanlah peraturan-peraturannya oleh Sekar sendiri. Ujian pertama, Juli harus memenuhi hasrat perhiasan Sekar. Perhiasan yang tak murah. Maka tidak salah jika jululnya, it’s all about money.
Kedua, Juli harus bersepeda ke area Dungus hanya untuk membeli es legen atau tuak Jawa dan membeli sate kelinci di Telaga Sarangan. Kedua tempat ini sangat berjauhan. Batas waktu yang diberikan hingga pukul 8 malam. Juli menyelesaikan level satu dan dua dengan sedikit omelan dari Sekar. Tetapi, apa artinya omelan dari seorang yang disayangi, bisa-bisa rasanya seperti dipuji olehnya. Juli benar-benar buta memandang kecantikan Sekar.
Aturan selanjutnya, Juli harus bisa membuat sambel pecel dengan tangannya sendiri dan lagi-lagi Juli dapat mengatasinya. Ternyata di ujian terakhir Sekar meberikan tantangan yang tidak logis dan mustahil. Itu karena Sekar hanya berniat main-main. Sekar meminta Bulan dihadiahkan padanya. Sekar memang wanita cantik tetapi hatinya mengerikan, seperti seorang psikopat saja. Karena Juli adalah siswa yang pandai, dengan membawa ember berisi air, Juli mempersembahkan pantulan Bulan yang ada dalam ember. Sekar kesal karena Juli masih saja sanggup. Akhirnya dengan terang-terangan Sekar menilai bahwa Juli telah gagal karena yang dibawa hanya bayangannya saja. Sekar benar-benar wanita licik.
Tetapi kisah belum selesai. Masih ada tokoh perempuan yang secara diam-diam menyukai Juli, memperhatikan Juli. Wanita ini juga ikut membantu Juli untuk menyelsaikan tantangan Sekar. Kisah cerita tinggal menyisakan beberapa lembar saja. Untungnya Jacob Julian menyadarkan Juli bahwa ada wanita yang menyukainya. Lalu, siapakah wanita yang ternyata juga tak kalah cantik dengan Sekar ini? Wanita yang baik hati dan berparas ayu. Jacob Julian memang pintar merajut kata menjadi sebuah kisah.


Data Buku
Judul: Gila PHP, Role Playing Love
Penulis: Jacob Julian
Penebit: Ping! (PT DIVA Press) Jogjakarta
Cetakan: Pertama, Juni 2013
Tebal: 204 Halaman
Peresensi: Achmad Marzuki
*

Jumat, 28 Juni 2013

Resensi CEO Koplak!



Leadership Ala CEO Koplak
Pemimpin sebuah perusahaan selalu identik dengan jas rapi, dasi mencekik leher, sepatu pantopel, dan rambut rapi klimis. Semua serba rapi dan tertata. Tapi jangan harap semua model kekakuan seperti itu ada pada seorang pemimpin atau CEO (chief executive officer) atau Owner atau pemilik tunggal atau bos penerbit yang satu ini. Lelaki kelahiran Madura ini, membawa bahtera DIVA Press dengan cara yang inkonvensional. Bahkan ukuran sukses yang dituju pun berbeda dengan perusahaan yang lain. Sukses bukan diukur dari seberapa besar pemasukan tetapi seberapa banyak jumlah karyawan.
Edi Mulyono atau yang kerap menggunakan nama @Edi_Akhiles ini memimpin DIVA Press dengan cara aneh, unik, kreatif, dan koplak. Aturan pertama berupa out of the box. Seperti penampilannya sendiri yang selalu berpakaian santai ke mana pun ia mau, bahkan ke kantor sekalipun. Pikirannya tidak tertahan dengan tampilan luar tetapi lebih fokus akan kreativitas pola pikir. Melihat dari sisi sebaliknya yang lebih berkualitas.
Aturan kedua; injak pakem, lompati definisi. Sebuah definisi cenderung mengikat dan menuntut kemutlakan keseragaman, padahal hidup berupa keragaman. Bagi Edi, definisi akan mengekang kreativitas kerja, oleh karenanya Edi menciptakan definisi baru berupa kebebasan mencari ide dalam meraih kualitas. Cara menghukum karyawan pun tidak dengan pukulan atau aturan paten yang menyesakkan. Pernah suatu saat, Edi hanya menghukum karyawannya dengan meng-up load fotonya di twitter dan membuatnya jera.
Satu hal yang tidak boleh hilang dalam perusahaannya adalah keharmonisan antar tim. Edi percaya, dengan kekompakan tim semua rintangan dapat diatasi dengan mudah dan ringan. Kesenggangan antar karyawan akan menumbuhkan masalah satu semakin berjibun. Untuk mencipta harmonisme kerja, Edi hanya cukup memberi mereka tugas dalam satu tim. Bukti keunikan Edi dalam memberi solusi adalah pada saat terjadi kesalahan jumlah cetak. Si karyawan pusing bukan mainan, karena cetak ulang yang tidak banyak tentu akan membuat pengeluaran yang membengkak. Akhirnya Edi malah menyuruh si karyawan untuk shalat dluha. Sangat unik dan mempan.
Edi selalu percaya kuasa do’a dalam kinerja kerja. Pernah juga kedatangan seorang ayah dari karyawan barunya datang untuk meminjam sejumlah uang. Bagi Edi, jumlah yang disebutkan tidak seberapa tetapi jumlah tersebut sangat berharga bagi si bapak. Dengan embel-embel do’a keberkahan dan ancaman kemelaratan akhirnya Edi meloloskan proposal peminjamannya. Padahal menurut logikanya, si bapak hanya meminjam uang tanpa pikir panjang, bahkan hingga sekarang utang tersebut belum dikembalikan. Tidak hanya itu, CEO Koplak ini juga menanamkan kebiasaan kantor yang agamis. Bagi karyawan muslim, semua harus shalat duhur berjamaah di mushalla.
Cara membuat kapok karyawan dalam melanggar juga tidak biasa. Pernah suatu ketika, ada dua karyawan yang meminta ACC absensi. Pak Bos tidak marah, hanya memfoto keduanya dan meng-up load-nya di twitter dengan tulisan “Jangan tiru Queens off ACC absen ini @divapress01”. Kontan dua karyawan tersebut dibully oleh orang-orang sekantor redaksi. Tentu saja tidak ada seorang pun yang suka dibully.
Walau sikap Owner ini penuh dengan guyonan, tetapi ia sangat disiplin tentang penerbitan. Dalam dunia penerbitan, self publishing sangat mematikan kreativitas penulis bahkan akan menumbuhkan rasa sombong dengan kualitas yang kurang mumpuni. Menurut Edi, karya seseorang yang dipublikasikan harus layak cetak dan dibutuhkan pembaca. DIVA Press akan selalu membantu percetakan penulis, bahkan penulis pemula sekalipun dengan syarat layak terbit.
Jalan menuju penulis yang memiliki kualitas tulisan layak cetak berupa menghadirkan lomba-lomba kepenulisan yang berhadiah mencengangkan. Selama ini CEO koplak ini pernah mengadakan training menulis rutin setiap tahun untuk 30 orang terpilih selama 3 hari 3 malam, dengan full fasilitas free. Pernah mengadakan lomba menulis cerpen selama dua bulan dan pesertanya lebih dari 3.400 naskah. 30 naskah terbaik diterbitkan jadi buku. Hadiah bermacam-macam, 3 terbaik dihadiahi tablet dan Black Berry. (hlm. 66-67)
Kalau boleh dibilang, DIVA Press adalah satu-satunya penerbit yang membuka dengan selebar-lebarnya “jalan masuk” bagi penulis muda untuk meraih cita-citanya. Sebuah karakter harus ditampilkan, tanpa karakter semua hal akan terabaikan dan hilang. Begitu Bos Penerbit tulis dalam buku sederhana ini. Sikap koplak tentu tidak bisa lepas dari sosok @Edi_Akhiles ini. Dengan buku mungil setebal 155 halaman ini, CEO Koplak ini menyuntikkan semangat tulis pembaca dan menebar virus-virus kekoplakan dalam hal kepemimpinan. Menarik!

Data Buku
Judul: CEO KOPLAK! Gue Ogah Biasa, So Gue Harus Gila!
Penulis: @Edi_Akhiles
Penerbit: Laksana (PT DIVA Press), Jogjakarta
Cetakan: Pertama, Maret 2013
Tebal: 155 Halaman
Peresensi: Achmad Marzuki

Selasa, 25 Juni 2013

Resensi Ulama dan Kekuasaan


Meneropong Jejak Ulama dalam Sejarah Indonesia
Melihat sejarah Indonesia memang tidak pernah lepas dari peran ulama dalam membangun masyarakat Indonesia dalam segala bidang. Jejak mereka dapat dilihat dari pergulatan mereka di masa penjajahan prakolonial (kerajaan), zaman kolonial, hingga sekarang.Dalam dunia pesantren ulama menjadi titik pusat dari setiap kebijakan yang ada. Ulama mengajarkan Islam kepada para santri seputar pelajaran yang berkaitan dengan praktek-praktek ritual, bahasa Arab, teologi, dan sufisme (halaman 85). Di Jawa ulama dikenal dengan istilah Kiai. Mereka begitu dihormati dan berada pada ruang khusus dalam hati tiap santri.
Tak pelak para masyarakat sekitar pun ikut menghormatinya. Wejangan dan wasiat keagamaan darinya begitu ditunggu, sehingga tidak salah jika mereka disebut sebagai penyanggah kebudayaan Islam yang adiluhung. Akulturasi yang dilakukan ulama cukup jitu dengan menerjemahkan kitab-kitab yang berbahasa arab dengan bahasa -Jawa dan Madura- daerah (halaman 196).
Buku yang awalnya merupakan disertasi penulisya di Universitas Leiden, Belanda, mencoba menelusuri eksistensi ulama di Nusantara melalui analisis sejarah. Jajat Burhanudin tidak hanya menjelaskan peran ulama dalam penyebaran agama dan akulturasi kebudayaan, tapi lebih menekankan pengaruh ulama dalam bidang sosial-politik. Ulama sebagai agen kontrol sosial dan aktor politik. Kajian ini dimaksudkan untuk memberi sebuah penjelasan historis tentang apa yang sekarang muncul sebagai suatu bahasa konseptual tentang ulama kontemporer: revitalisasi dan reformasi tradisi dalam rangka beradaptasi dengan tuntunan-tuntunan baru modernitas (halaman 6).
Konsen awal Jajat dalam bukunya membahas tuntas masalah penyebaran Islam melalui jalur perdagangan, keberadaan ulama dalam kerajaan, dan berdirinya Jaringan Ulama Nusantara dengan pusat keilmuan Islam Timur Tengah, Mekah-Madinah. Saat itu ulama demikian dihormati sehingga tak jarang menemukan ulama pada kedudukan kerajaan yang dihormati (halaman 17). Menjadi penasehat kerajaan, pendidik keluarga raja, dan di pelbagai institusi hukum kerajaan untuk ikut andil dalam pemutusan perkara.
Setelah sekian lama, muncullah komunitas orang Jawa di Mekah sehingga Jaringan Ulama Nusantara-Timur Tengah kian berkembang pesat. Banyak ulama yang setelah lama belajar kemudian pulang ke tanah air dengan membawa pemikiran-pemikiran baru tentang ajaran Islam. Puncaknya dengan adanya organisasi masyarakat yang pertama kali yaitu Muhammadiyah yang didirikan oleh Kiai Ahmad Dahlam pada tahun 1912. Hal ini menjadi wadah baru bagi ulama Nusantara setelah belajar dari Mekah.
Konsen dari organisasi Muhammadiyah pada pembersihan Islam dari praktik-praktik yang berbau mistisme jawi yang dinilai khurafat. Dan empat belas tahun kemudian Kiai Hasyim Asy'ari dengan organisasi pedesaan dengan nama Nahdlatul Ulama yang dikenal dengan sebutan NU mewadahi pemikiran tradisionalis.
Walapun NU tidak menolak segala aspek yang dibawa Muhammadiyah namun peresensi yakin sejak itulah persinggungan-persinggungan pendapat antara NU dan Muhammadiyah dimulai. Ada yang berpedoman teguh agar keberadaan budaya di Indonesia tidak diberangus habis melainkan cukup diluruskan dan ditata dengan wajah Islam saja. Dan ulama lainnya ingin menjadikan ajaran Islam sebagaimana ajaran yang otentik dan hanya berpegang teguh pada nas.
Buku ini menarik dibaca karena menyuguhkan gambaran tentang terbentuknya kelompok eksklusif ulama dan peran mereka dalam merespon setiap perubahan di tengah-tengah masyarakat. Peran yang mereka mainkan tidak hanya sebatas pada ranah kultural tapi juga pada ranah politik elit pemerintah setempat dan juga pada institusi keagamaan yang dibeking oleh pemerintah. Tidak hanya itu, organisasi Islam kemasyarakatan yang modern dan tradisional juga mereka genggam.
Data Buku
Judul : Ulama & Kekuasaan; Pergumulan Elit Muslim dalam Sejarah Indonesia
Penulis : Jajat Burhanudin
Penerbit : Mizan, Bandung
Tahun : I, Juni 2012
Tebal : xii + 482 Halaman
ISBN : 978-979-433-691-5
Peresensi: Achmad Marzuki,
*Pernah tayang di Hminews.com

Jumat, 21 Juni 2013

Resensi Rantau 1 Muara

Kemantapan Menjalani Hidup dan Geliat Cinta Alif
Rantau 1 Muara adalah buku ketiga dari trilogi Negeri 5 Menara. Semangat yang dibawa Ahmad Fuadi tidak jauh beda dengan dua novel sebelumnya; semangat memperjuangkan tujuan hidup. Novel ini lebih menantang. Jika di Negeri 5 Menara Alif mengamalkan mantra kesungguhan “man jadda wajada” siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil, dalam Ranah 3 Warna masa perkuliahan Alif yang dengan sabar betul untuk mendapat momen-momen paling berkesan dalam hidup; studi banding ke Kanada, maka di novel ketiganya, Fuadi membawa Alif ke Negeri Paman Sam.
Mantra ampuh dalam buku terakhir berupa kemantapan menempuh jalan hidup. “man shaara ala darbi washala” siapa yang berjalan di jalannya akan sampai ke tujuan. Inilah masa dimana Alif begitu pening menghadapi hidupnya. Alif menjadi sarjana yang memiliki keilmuan yang cukup berkompeten. Tetapi dia lulus pada waktu yang tidak tepat; krisis moneter. Semua bentuk kerja menjadi sulit. Banyak karyawan yang di-PHK.
Selama kuliah, Alif biasa mendapat tambahan uang hasil dari menulis di media. Krisis moneter memaksa redaktur pelaksana koran Suara Bandung untuk menguruskan koran; halaman dikurangi dan bentuk koran diperkecil. Walhasil Suara Bandung tidak lagi menerima artikel dari penulis luar yang artinya tulisan Alif tidak akan dimuat lagi (hlm. 11-19). Dari sini Alif juga terkena imbas krisis moneter.
Sejak itu, Alif berusaha sekuat tenaga untuk melamar pekerjaan. Tetapi keadaan sungguh tidak mendukung, memaksa Alif untuk hutang sana-sini untuk menghidupi kehidupannya sendiri. Kehidupan Alif berada di titik nadzir. Lelaki berbadan tegap dengan tato di lengannya mendatangi kosnya.  Lelaki itu adalah penagih hutang, debt collector. Tetapi sore harinya, Alif kedatangan surat yang cukup mengademkan hatinya; surat wawancara dari Majalah Derap, majalah nomor satu di Indonesia.
Kesungguhan Alif mencari kerja membuahkan hasil. Ia diterima sebagai wartawan majalah yang kerap dibredel orde baru itu. Di sini lah Alif berkembang pesat. Independensi benar-benar dijunjung dan berpihak pada kebenaran. Alif merasa menjadi super hero pembela kaum tertindas. Banyak tantangan yang kerap mengintimidasi wartawan Derap. Mas Aji sebagai senior selalu memberi suntikan-suntikan penyubur karakter. Wartawan Derap tidak boleh mendapat sogokan berupa apapun jenisnya, jelas Mas Aji.
Tiga bulan lebih Alif menjadi wartawan Majalah Derap. Secara jujur, Alif mengaku senang bekerja sebagai wartawan, tetapi Alif menginginkan gaji yang lebih besar. Alif juga menghidupi adik dan amaknya di Padang. Alif memantapkan jalan hidupnya, dia bertekad meneruskan studinya S2 di Amerika, mengincar beasiswa penuh dari Fulbright. Berkat bantuan Pasus dan Dinara, perempuan bermata indah yang selalu menggetarkan hatinya, Alif lulus seleksi dan terbang ke Amerika.
Dinara tidak bisa lepas dari ingatan Alif. Hubungan mereka berdua telah sangat akrab. Orang-orang kantor dengan terang-terangan mendikte hati mereka untuk bersatu. Tidak bisa dipungkiri, Dinara juga memiliki hati padanya. Alif tidak ingin kehilangan wanita yang selalu meneror hatinya. Ia memberanikan diri mengungkap isi hatinya lewat tulisan, chatting internet (hlm. 234-240).
Seperti wanita lainnya, saat Alif mengungkap isi hatinya, Dinara tidak langsung menjawab. Menggantung. Tetapi hati mereka telah lama bersatu. Akhirnya Dinara dan Alif sepakat melanjutkan hubungannya dalam ikatan suci, pernikahan. Tetapi tidak mudah menembus hati bapak Sutan Rangkayo Basa, ayah Dinara. Dengan bantuan ibu Dinara, akhirnya hati sang bapak luluh juga dan menyetujui anak gadisnya dipersunting Alif.
Alif membawa Dinara ke tanah Paman Sam. Di sana keluarga kecil ini banyak terbantu oleh lelaki bernama lakob Garuda. Lelaki ini adalah seorang yang baik hati, pekerja tekun, dan friendly. Garuda bak malaikat bagi Alif. Telah banyak sekali Alif dibantunya, mulai memberikan tumpangan kos, memasakkan, dan merawatnya kala sakit. Mas Garuda menganggap Alif sebagai adiknya. Ia merasa Alif sangat mirip dengan adiknya yang telah lama meninggal.
Tragedi menggeparkan, hancurnya gedung WTC, membuat suasana kian tak tentu. Mas Garuda hilang entah kemana. Alif telah berusaha mati-matian mencari sosok yang telah dianggapnya sebagai abangnya sendiri. Penjagaan Negara semakin ketat, tidak ada seorang pun diperbolehkan masuk ke area reruntuhan gedung. Untungnya Alif dan Dinara diperbolehkan dengan alasan sebagai wartawan. Tetapi hasilnya tetap nihil, Garuda tak ketemu dimana ia hinggap.
Mantra kemantapan hidup yang dibawa oleh Fuadi bermuara pada jalan yang diridhai Tuhan. Semangat religiusitas tak luput dari sentuhan indah. Novel ini sungguh memberikan suntikan semangat kesungguhan dan kemantapan menjalani hidup. Maksud dari jalan yang tepat di sini adalah memiliki rencana masa depan yang jelas. Dalam jangka lima tahun ke depan, kita akan menjadi apa. Di sana lah, pembaca diajak menerawang masa depannya sendiri. “Novel ini sangat cocok bagi mereka yang sedang mencari kerja, mencari jodoh, dan mencari tujuan hidup” begitu Ahmad Fuadi menuturkan. Akan kemana hidup kita bermuara?
Data Buku
Judul : Rantau 1 Muara
Penulis : Ahmad Fuadi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan : Pertama, Mei 2013
Tebal : xii + 405 Halaman

Harga : Rp. 75.000,00
Peresensi: Achmad Marzuki, bisa dihubungi di twitter @JuckyAntik
*

Kamis, 20 Juni 2013

Resensi Aropy


Menjadi Wanita Limited Edition
Menilai seorang perempuan tidak bisa hanya dengan melihat penampilannya saja, apalagi sekadar memandang semulus apa kulitnya atau setipis apa dagingnya (langsing). Memang selama ini kata cantik identik dengan badan langsing, berhidung mancung, dan berkulit mulus. Kalau memang cantik hanya sebatas itu semua, lantas bagaimana nasib wanita gemuk, apakah dia tidak aka nada yang menyukainya? Nyatanya tidak. Karena yang terpenting, wanita itu memiliki sifat yang mendamaikan. Kisah seperti inilah yang diangkat oleh Sayfullan dalam novelnya berjudul Aropy.
Dikisahkan, Aropy adalah wanita yang memiliki betis gajah dengan jenong lebar di dahinya dan memiliki kepribadian aneh tetapi mempunyai kepercayaan diri yang tinggi. Wanita absurd ini tentu saja memiliki sifat periang untuk menompang badannya yang gembul. Setiap berangkat sekolah Aropy selalu berpakaian super absurd. Bayangkan saja, wanita berbadan tambun memakai bando telinga macan, bando telinga gajah, bando telinga kelinci, bahkan juga memakai bando telinga gorila. Tidak hanya itu, Aropy selalu memakai kaos kaki sesuai bando yang dipakainya. Absurd bukan buatan.
Aropy sendiri bertekad akan rela menjadi jomblo permanen jika belum menemukan seseorang yang dapat membuatnya menangis karena rindu, marah karena cemburu, dan benci karena ia pergi (hlm. 16). Benar saja, hingga novel ini dibuat oleh Sayfullan, belum ada lelaki yang bisa mencuri hatinya. Padahal di sekolahnya ada cowok yang menjadi magnet setiap cewek sekolahnya. Walau kerap mendapat label playboy, Niko malah menikmati jika dikerubung cewek sekolahnya. Niko kini telah memutus Lea, pacar ke-23 yang hanya berlangsung kurang dari 48 jam. Sebagai wanita, Lea sangat membenci Niko yang merasa mempermainkannya.
Sayfullan selalu memberi kekocakan di tiap lembarnya. Novel berjudul lengkap Aropy, Berbanggalah Jadi  Cewek Limited Edition! ini kerap membuat sakit perut saking kocaknya. Terkadang diceritakan prilaku Aropy yang alay. Seperti saat ibunya jatuh tersungkur di depan pintu kamarnya, Aropy malah menertawakannya sampai guling-guling di lantai. Di awal cerita, kisah ini terkesan main-main karena sikap Aropy yang benar-benar di luar nalar manusia biasa, tetapi tiga perempat dari novel ini semakin menarik. Konflik cinta yang merundung Aropy membuat kisah semakin melankolis dan konyol.
Sikap playboy yang dimiliki Niko bukan tanpa alasan. Dia hanya mencari wanita yang mampu menutup lubang cinta terpendamnya pada Kayla. Sedangkan Kayla sendiri adalah pacar dari kakaknya sendiri, Rano. Rasa cinta yang dimilikinya telah ia pendam sejak kecil. Oleh karena itu, sikap perhatiannya yang selalu ditampakkan pada Kayla tidak terlalu diperhatikan karena hal itu dinilai biasa oleh Kayla. Niko merasa sangat nelangsa saat melihat Kayla berduaan dengan Rano. Memang, rasa cinta yang dipendam lebih menyakitkan dan menyesakkan dada.
Untungnya Niko mempunyai sahabat unik yang selalu membuatnya riang. Pepe yang berkulit hitam, berambut keriting, dan mempunyai bibir tebal. Kali ini, pepe menyarankan Niko agar menjadikan Aropy sebagai pacarnya. Niko merasa tertantang untuk menjadikan wanita planet aneh ini menjadi pacarnya. Dan tentu saja, Aropy tidak tertarik dengan ajakan Niko. Aropy merasa, Niko hanya main-main dan hanya mempermainkannya. Di sinilah Lea membalas sakit hatinya pada Niko. Lea sangat paham sifat lelaki playboy itu, Niko tidak akan mundur sampai buruannya takluk.
Lea menyarankan agar Aropy menyuruh Niko melakukan segala hal yang sangat ditakutinya. Aropy melaksanakan saran Lea. Aropy akan bersedia menjadi pacar Niko dengan syarat, yaitu melakukan apapun yang dimintanya. Semua phobia Niko dijadikan syaratnya. Pertama, Aropy mengajak Niko nongkrong di atas atap rumah. Niko yang gemetaran memaksakan diri dan Aropy menikmati itu semua. Wajah pucat Niko tidak bisa disembunyikan, tangannya sangat erat memegang tangan Aropy. “Ini untuk menghilangkan phobia kamu” begitu alasan Aropy. Kedua, mengajak Niko makan di warung dengan lauk petai dan sambal pedas. Sekali lagi, Niko terpaksa melakukannya.
Aropy juga bekerja di stasiun radio. Di sanalah, dia menuturkan pada semua wanita agar menjadi wanita limited edition. Apa saja syarat-syarat menjadi wanita limited edition? Semua itu tersimpaan dalam novel setebal 182 halaman ini. Tidak hanya itu, Aropy pun telah mempraktekkan semua kreteria menjadi wanita limited edition. Hasilnya sangat mengagumkan. Dia mendapatkan pasangan yang benar-benar tidak terduga dengan cara yang tidak terduga pula. Novel ini mengajarkan kita agar selalu ceria dan mensyukuri apa yang telah dianugerahkan pada kita. Cantik tidak hanya diukur oleh daging dan kulit. Jadilah wanita limited edition!

Data Buku
Judul: Aropy, Berbanggalah Jadi Cewek Limited edition
Penulis: Sayfullan
Penerbit: Ping! (Diva Press) Jogjakarta
Cetakan: Pertama, Juni 2013
Tebal 182 Halaman
Peresensi: Achmad Marzuki

Rabu, 19 Juni 2013

Resensi Doa untuk Anak Cucu


Sajak Rendra yang Tertinggal

Dalam dunia sastra, nama Rendra bukanlah nama baru apalagi nama asing. Tokoh bernama lengkap Willybrordus Surendra Bhawana Rendra Brotoatmojo ini telah santer di dunia persajakan. Rendra telah mengguncang pelbagai macam panggung. Lelaki yang lahir pada Kamis Kliwon, 7 November 1935 ini begitu mewarnai kancah puisi yang berkarakter pemberontak dan penggerak. Pada masa orde baru, ia kerap dikawal ke rumah jeruji karena sikap sajaknya yang berani melawan arus.
Rendra telah banyak menelurkan sajak-sajak penggerak pemuda bangsa menuju kemerdekaan jiwa. Namun, tidak semua sajak-sajaknya dibukukan. Pernah seorang pengagum Rendra mencari sajaknya yang pernah digubah di atas suatu pentas, tetapi tidak ditemukan di buku manapun. Dan buku berjudul Do’a untuk Anak Cucu terbitan Bentang Pustaka ini adalah pamungkas kumpulan sajaknya yang membuat darah meradang.
Sebuah puisi yang tidak dimasukkan dalam kumpulan rumpun puisi yang dibukukan, bagi Rendra, puisi tersebut telah kokoh berdiri sendiri. Artinya puisi atau sajak tidak sekadar hasil kerja karya sastra belaka, melainkan telah menjadi hidup dan selalu berdampingan dalam kehidupan Rendra sendiri. Tidak jarang Rendra merefleksikan puisi-puisinya pada dirinya sendiri. Kontemplasi selalu dilakukannya pada malam hari. Seperti duduk bersila dengan mata terpejam, kemudian meraba setiap jengkal anggota badannya. Rendra menamainya ilmu nggrayang rogo “meraba raga” (hlm. 68).
Ada beberapa  karyanya yang cukup mendedah perekonomian indonesia kala itu. Sejumlah empat sajak; kakawin-kawin, malam stanza, nyanyian dari jalanan, dan sajak-sajak dua belas perak. Keempat sajaknya dijadikan satu buku oleh soedjatmoko diberi judul empat kumpulan sajak, dan Rendra menyetujuinya. Empat sajak yang lahir pada akhir tahun 70-an tidak diperkenankan terbit oleh rezim orde baru. Tetapi Rendra masih berani membacanya di atas panggung.
Salah satu sajaknya yang memanggang pemerintah adalah puisinya yang berjudul Oposisi. Di dalamnya mengandung sebuah kemerdekaan yang ingin lepas dari jeratan hukum rimba. Dalam dunia politik oposisi diperlukan guna memantau kinerja pejabat. Oposisi bukan sekadar regu yang selalu membantah pemangku jabatan. Tidak. Oposisi yang dibawa Rendra adalah oposisi menuju kesejahteraan bersama. Kesejahteraan rakyat.
.....adalah tugasmu//untuk menyusun peraturan//yang sesuai dengan nurani kami//kamu wajib memasang telinga,//-selalu//untuk mendengar nurani kami//sebab itu, kamu membutuhkan oposisi//oposisi adalah jendela bagi kamu// oposisi adalah jendela bagi kami//tanpa oposisi: sumpek//tanpa oposisi: kamu akan terasing dari kami//tanpa oposisi, akan kamu dapati gambaran palsu tentang dirimu//tanpa oposisi kamu akan sepi dan onani// (hlm. 11).
Tidak seperti penyair lainnya yang suka memainkan keindahan puisi melalui kata-katanya yang abstrak. Rendra lebih menyukai kata-kata yang sederhana dan mudah dipahami. Karena semuah hasil karya untuk dipahami orang lain, bukan untuk membuatnya bingung, begitu alasan Rendra mencipta puisi dengan kata-kata ringan. Dengan kata-kata ringan inilah Rendra meledakkan imaji pembaca.
Buku ini tidak hanya berisi kumpulan sajak Rendra yang belum perbah diterbitkan, tetapi juga memuat biografi singkat Sang Burung Merak ini. Tidak semua jalan hidupnya mulus tanpa halangan. Rendra selalu saja memilki kerenggangan dengan ayahnya. Setiap bertemu pasti menimbulkan percekcokan kecil. Namun Rendra akhirnya sadar bahwa sesungguhnya ia sangat mirip dengan ayahnya; keras kepala (hlm. 70-71).
Sebanyak 22 judul puisi pilihan terangkum dalam buku kecil ini. Walau masih ada sajak Rendra yang belum terbit, tetapi buku ini berisi sajak Rendra yang disimpan rapi oleh istri tercintanya, Ken Zuraida. Diharapkan dengan munculnya buku mungil ini, akan merebak sastrawan-sastrawan muda lainnya yang tak kalah dari Rendra, penggoncang pentas dan  pendebar pendengar. Buku ini juga dilengkapi beberapa foto Rendra saat bersatu dengan sajak-sajaknya di atas pentas. Selamat berselancar di dunia sastra!

Data Buku
Judul: Doa untuk Anak Cucu
Penulis: WS Rendra
Penerbit: Bentang Pustaka
Cetakan: Pertama, April 2013
Tebal: 100 Halaman
Peresensi: Achmad Marzuki, Pecinta Sastra dan Budaya Nusantara, Pegiat Farabi Institute, Anggota CSS MoRA IAIN Walisongo Semarang
*Pernah tayang di Eramadina.com
http://eramadina.com/sajak-rendra-yang-tertinggal/