Sabtu, 20 Juli 2013

Resensi Tuhan Pun Berpuasa

Memahami Eksistensi Puasa
Puasa adalah pekerjaan menahan di tengah kebiasaan menumpahkan, atau mengendalikan di tengah tradisi melampiaskan. Pada skala yang besar nanti kita akan bertemu dengan tesis ini. Ekonomi-industri-konsumsi itu mengajak manusia untuk melampiaskan segala, sementara agama mengajak untuk menahan dan mengendalikan. Begitu Emha Ainun Nadjib membuka buku ini dalam prolognya.
Secara syari’at, puasa termasuk rukun Islam ke tiga setelah syahadat dan shalat. Fiqh mendefinisikan puasa sebagai kewajiban menahan hawa nafsu; dari makan, minum, dan segala yang membatalkan puasa, sejak fajar sodik (subuh) hingga matahari terbenam (maghrib). Selama itu pula umat muslim seyogianya mengendalikan hatinya dari perbuatan tercela semacam amarah dan mengumpat.
Buku berjudul “Tuhan Pun Berpuasa” besutan Emha Ainun Nadjib ini mengulas mengenai puasa dari segala aspeknya. Secara garis besar berisi tentang nilai-nilai yang terkandung dalam ibadah “rahasia” ini. Dikatakan ibadah rahasia karena selain si pelaku dan Allah tidak ada yang mengetahuinya. Juga membahas tentang nilaiinilai spiritual, nilai sosial budaya, hingga nilai pengasahan dan pengembangan kualitas personal manusia.
Keadaan spiritual manusia zaman sekarang mengalami degradasi yang parah. Pasalnya tidak jarang tempat-tempat ruang publik, seperti di stasiun, terminal, bandara, dan pasar, masih banyak dari mereka yang masih nyaman menuruti hawa nafsu; makan di tengah bulan Ramadhan. Padahal kalau mau jujur Allah telah memberi waktu sebelas bulan untuk bebas makan kapan saja dan mewajibkan hanya satu bulan untuk berpuasa. Orang muslim yang tidak bersedia berpuasa dapat dikategorikan sebagai manusia yang tidak tahu terimakasih.
Salah satu keistimewaan puasa yaitu “hasil” puasa manusia dikhususkan untuk Allah pribadi. Artinya dalam ibadah selain puasa, Allah memberikan selebar-lebarnya segala timbal balik dari amaliah baik manusia. Apalagi pada bulan Ramadhan terdapat banyak kenikmatan yang dikorting atau diskon sesering mungkin. Bayangkan saja, pahala perbuatan sunnah dinilai seperti pahala perbuatan wajib. Setan pun dikerangkeng dalam neraka. Rasulullah pun mengabarkan, jika manusia mengetahui nilai bulan Ramadhan, niscaya mereka yang meminta agar seluruh bulan menjadi bulan Ramadhan.
Ramadhan seperti kotak pandora umat muslim, yang jika terbuka akan membuat kejutan tiada tara. Dari segi kesehatan pun, puasa mengandung banyak manfaat. Semua itu akan bermuara pada pengendalian diri yang mapan dan matang. Bahkan Tuhan pun memberi contoh dahsyat dalam hal mengendalikan diri; dengan amat setia Allah tetap menerbitkan matahari walau pun manusia tidak pernah mensyukurinya (hlm. 51).
Walau pada bulan Ramadhan tidur pun dinilai ibadah, bukan berarti bulan Ramdhan adalah bulan untuk tidur. Ada banyak sekali bentuk ibadah yang lebih baik, lebih mulia, lebih berkualitas, lebih bermakna, dan lebih bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Ibadah yang istimewa adalah ibadah yang memiliki dampak positif sosial.
Di penghujung bulan Ramadhan, umat muslim pun bergembira menyambut hari kemenangan; idul fitri. Secara bahasa idul fitri berarti kembali pada fitrah manusia, lahir ke dunia tanpa membawa dosa-dosa, seperti bayi yang baru lahir. Cak Nun, panggilan akrab Emha Ainun Nadjib, juga mediliriknya dari kacamata sosial-budaya-kultural. Bagi Cak Nun idul fitri adalah momen yang diberikan Allah secara khusus guna menyambung tali-tali silaturrahim yang hampir putus dan mempereratnya (hlm. 198).
Seperti tulisan Cak Nun lainnya, buku ini pun ditulis beberapa tahun silam, pertama kali diterbitkan pada tahun 1996 oleh penerbit Zaituna, Yogyakarta. Cak Nun selalu meracik nuansa ibadah agama dengan nuansa sosial kultural. Datangnya buku ini diharapkan agar manusia lebih mengenal dan memahami eksistensi puasa sesungguhnya. Karena banyak sekali orang berpuasa yang hanya mendapatkan rasa haus dan lapar.
Data Buku
Judul: Tuhan Pun Berpuasa
Penulis: Emha Ainun Nadjib
Penerbit: Buku Kompas, Jakarta
Cetakan: Ketiga, November 2012

Tebal: xx + 236 Halaman
Peresensi: Achmad Marzuki

Tidak ada komentar:

Posting Komentar