Minggu, 14 Juli 2013

Resensi Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari

Membedah Pemikiran Kiai Hasyim
Di dalam kalangan umat Islam tradisional nama Kiai Hasyim Asy’ari bukanlah hal baru. Pasalnya, beliau adalah penancap pasak tonggak organsasi keagamaan terbesar di Indonesia yang tumbuh subur di Jawa Timur ini. Dalam membawa bahtera Nahdlatul Ulama (NU), beliau mengarang empat buah karya yang menjadi landasan dasar sebagai pegangan para pengikutnya.
Pertama, Paradigma Ahlussunnah Wal Jamaah; Pembahasan tentang orang-orang mati, tanda-tanda zaman, dan penjelasan tentang sunah dan bid’ah. Kedua, Cahaya Yang Terang Tentang Kecintaan Pada Utusan Tuhan, Muhammad SAW. Ketiga, Etika Pengajar dan Pengajar dalam Hal-hal yang Perlu Diperhatikan oleh Pelajar Selama Belajar. Dan yang terakhir, Penjelasan tentang Larangan Memutus Silaturrahmi, Tali Persaudaraan, dan Tali Persahabatan.
Zuhairi Misrawi dalam buku berjudul Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari; Moderasi, Keutamaan, dan Kebangsaan ini ingin membedah lebih lanjut tentang empat karya kakek Gus Dur ini. Hadirnya buku ini menandakan bahwa warga NU masih melestarikan dunia kepenulisan. Dalam kitab kuning ada istilah matan (inti), syarah (penjelasan atau ulasan), dan hasyiyah (catatan pinggir). Gus Mis –panggilan akrab Zuhairi Misrawi– mencoba untuk mensyarahi empat karya beliau.
Kiai Hasyim merupakan sosok penting karena dua hal. Pertama, beliau merupakan ulama yang secara konsisten mengusung paham ahlussunnah waljamaah, yaitu paham keagamaan dalam akidah berpegang pada teologi Al-Asy’ariah dan Al-Maturidiyah, dalam bidang fiqih pada empat imam madzhab (Abu Hanifah, Malik, Syari’i, dan Ahmad bin Hambal), dan dalam ranah tasawwuf bersandar pada teologi Imam Al-Ghazali dan Imam Junaid al-Baghdadi. Kedua, beliau adalah salah satu pendiri NU. Dalam sejarah Republik Indonesia, NU dicatat dengan tinta emas karena turut mencerdaskan umat dari belenggu iliterasi keagamaan dan mendorong akselerasi kemerdekaan bangsa dari jajahan kolonial Belanda maupun Jepang.
Secara garis besar buku ini terbagi atas empat bagian. Di bagian awal, Gus Mis menggambarkan Kiai Hasyim Asy’ari sebagai ulama yang peduli umat dan bangsa.  Melihat sosok Kiai Hasyim sebagai orang yang berkomitmen dalam ranah keutamaan dan kebangsaan. Penganugerahan hadratussyaikh juga djelaskan pada bab pertama ini. Hadirnya Pesantren Tebuireng, harus diakui, merupakan salah satu karya terbesar beliau dalam melestarikan tradisi pendidikan pesantren. Tidak hanya itu, konsolidasi di antara para ulama dapat dikristalkan di pesantren sederhana ini (hlm. 48).
Bagian kedua, ulasan tentang empat karya beliau. Ada empat poin yang Gus Mis tuliskan; berupa pemahaman mendalam akan ahlussunnah waljamaah, pentingnya mencintai Rasulullah Muhammad SAW, menegaskan bahwa ilmu sebagai pondasi umat, dan menjaga tali persaudaraan serta memegang teguh toleransi bermasyarakat. Empat hal tersebut adalah nilai yang sangat penting di dalam masyarakat. Bahkan merupakan hal yang esensial karena menjadi prasyarat akan pembentukan masyarakat dan bangsa yang kuat (hlm. 271).
Bagian ketiga, adalah bentuk dari hasyiah atau catatan pinggir atas karya Kiai Hasyim. Gus Mis menfokuskan pada ranah organisasi dan menilai bahwa NU sebagai gerbong muslim moderat. Dimana dalam kesehariannya tercermin gerakan sosial-keagamaan yang moderat, menjadikan Islam sebagai agama yang benar-benar mengusung trah rahmatan lil’alamin (hlm. 285). Adalah sebuah bentuk kristalisasi dari pemikiran panjang seorang Kiai Sang Penakluk Badai –meminjam istilah Aguk Irawan MN– ini.
Di bagian akhir, Gus Mis melampirkan karya-karya Kiai Hasyim dalam bentuk translit bahasa Indonesia untuk mempermudah memahami. Mukaddimah qanun asasi Nahdlatul Ulama, risalah tentang pentingnya bermadzhab pada imam yang empat, dan 40 hadits prinsip-prinsip Nahdlatul Ulama. Buku ini sudah selayaknya dikonsumsi warga NU sendiri guna memantapkan keyakinannya. Untuk memahami ‘isi’ dari NU tidak ada salahnya warga non-NU juga membacanya. Wallhua’lam bisshawab.

Data Buku
Judul: Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari; Moderasi, Keutamaan, dan Kebangsaan
Penulis: Zuhairi Misrawi
Penerbit: Buku Kompas, Jakarta
Cetakan: Ketiga, Mei 2013
Tebal: xxx + 374 Halaman

 *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar