Membedah Pemikiran Kiai Hasyim
Di dalam
kalangan umat Islam tradisional nama Kiai Hasyim Asy’ari bukanlah hal baru.
Pasalnya, beliau adalah penancap pasak tonggak organsasi keagamaan terbesar di Indonesia
yang tumbuh subur di Jawa Timur ini. Dalam membawa bahtera Nahdlatul Ulama (NU), beliau mengarang
empat buah karya yang menjadi landasan dasar sebagai pegangan para pengikutnya.
Pertama, Paradigma
Ahlussunnah Wal Jamaah; Pembahasan tentang orang-orang mati, tanda-tanda zaman,
dan penjelasan tentang sunah dan bid’ah. Kedua, Cahaya Yang Terang
Tentang Kecintaan Pada Utusan Tuhan, Muhammad SAW. Ketiga, Etika
Pengajar dan Pengajar dalam Hal-hal yang Perlu Diperhatikan oleh Pelajar Selama
Belajar. Dan yang terakhir, Penjelasan tentang Larangan Memutus
Silaturrahmi, Tali Persaudaraan, dan Tali Persahabatan.
Zuhairi Misrawi
dalam buku berjudul Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari; Moderasi, Keutamaan, dan Kebangsaan
ini ingin membedah lebih lanjut tentang empat karya kakek Gus Dur ini. Hadirnya
buku ini menandakan bahwa warga NU masih melestarikan dunia kepenulisan. Dalam
kitab kuning ada istilah matan (inti), syarah (penjelasan atau
ulasan), dan hasyiyah (catatan pinggir). Gus Mis –panggilan akrab Zuhairi
Misrawi– mencoba untuk mensyarahi empat karya beliau.
Kiai Hasyim merupakan
sosok penting karena dua hal. Pertama, beliau merupakan ulama yang secara
konsisten mengusung paham ahlussunnah waljamaah, yaitu paham keagamaan dalam
akidah berpegang pada teologi Al-Asy’ariah dan Al-Maturidiyah, dalam bidang
fiqih pada empat imam madzhab (Abu Hanifah, Malik, Syari’i, dan Ahmad bin Hambal),
dan dalam ranah tasawwuf bersandar pada teologi Imam Al-Ghazali dan Imam Junaid
al-Baghdadi. Kedua, beliau adalah salah satu pendiri NU. Dalam sejarah Republik
Indonesia, NU dicatat dengan tinta emas karena turut mencerdaskan umat dari
belenggu iliterasi keagamaan dan mendorong akselerasi kemerdekaan bangsa dari
jajahan kolonial Belanda maupun Jepang.
Secara garis
besar buku ini terbagi atas empat bagian. Di bagian awal, Gus Mis menggambarkan
Kiai Hasyim Asy’ari sebagai ulama yang peduli umat dan bangsa. Melihat sosok Kiai Hasyim sebagai orang yang
berkomitmen dalam ranah keutamaan dan kebangsaan. Penganugerahan hadratussyaikh
juga djelaskan pada bab pertama ini. Hadirnya Pesantren Tebuireng, harus
diakui, merupakan salah satu karya terbesar beliau dalam melestarikan tradisi
pendidikan pesantren. Tidak hanya itu, konsolidasi di antara para ulama dapat
dikristalkan di pesantren sederhana ini (hlm. 48).
Bagian kedua,
ulasan tentang empat karya beliau. Ada empat poin yang Gus Mis tuliskan; berupa
pemahaman mendalam akan ahlussunnah waljamaah, pentingnya mencintai Rasulullah
Muhammad SAW, menegaskan bahwa ilmu sebagai pondasi umat, dan menjaga tali
persaudaraan serta memegang teguh toleransi bermasyarakat. Empat hal tersebut
adalah nilai yang sangat penting di dalam masyarakat. Bahkan merupakan hal yang
esensial karena menjadi prasyarat akan pembentukan masyarakat dan bangsa yang
kuat (hlm. 271).
Bagian ketiga,
adalah bentuk dari hasyiah atau catatan pinggir atas karya Kiai Hasyim. Gus Mis
menfokuskan pada ranah organisasi dan menilai bahwa NU sebagai gerbong muslim
moderat. Dimana dalam kesehariannya tercermin gerakan sosial-keagamaan yang
moderat, menjadikan Islam sebagai agama yang benar-benar mengusung trah rahmatan
lil’alamin (hlm. 285). Adalah sebuah bentuk kristalisasi dari pemikiran
panjang seorang Kiai Sang Penakluk Badai –meminjam istilah Aguk Irawan MN– ini.
Di bagian
akhir, Gus Mis melampirkan karya-karya Kiai Hasyim dalam bentuk translit bahasa
Indonesia untuk mempermudah memahami. Mukaddimah qanun asasi Nahdlatul Ulama,
risalah tentang pentingnya bermadzhab pada imam yang empat, dan 40 hadits
prinsip-prinsip Nahdlatul Ulama. Buku ini sudah selayaknya dikonsumsi warga NU
sendiri guna memantapkan keyakinannya. Untuk memahami ‘isi’ dari NU tidak ada
salahnya warga non-NU juga membacanya. Wallhua’lam bisshawab.
Data Buku
Judul:
Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari; Moderasi, Keutamaan, dan Kebangsaan
Penulis:
Zuhairi Misrawi
Penerbit: Buku
Kompas, Jakarta
Cetakan:
Ketiga, Mei 2013
Tebal: xxx +
374 Halaman
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar