Sabtu, 13 Juli 2013

Resensi Para Muallaf

Pengembaraan Spiritual Para Muallaf
Buku ini berisi tentang proses pengembaraan spiritual para muallaf dunia dalam mencari atau menerima cahaya Islam. Saya yakin seorang yang beragama Islam sejak lahir (Islam keturunan) tidak musti lebih baik islamnya ketimbang seorang yang menjadi Islam setelah dewasanya (muallaf). Ada hal-hal menarik yang dibawa oleh para muallah dan hal seperti inilah yang tidak bisa didapatkan dari seorang yang telah menjadi muslim sejak lahir. Para muallaf menjalani kehidupannya dengan berbagai cobaan yang biasanya datang dari keluarga dekatnya sendiri.
Para muallaf yang dikisahkan di sini bukanlah orang biasa. Mereka adalah para tokoh dunia yang kebanyakan dari mereka beragama katolik taat. Seperti Yusuf Estes, dia dulunya adalah seorang misionaris sukses, telah mengkristenkan banyak ‘domba-domba yang tersesat’. Pandangan Estes pada Islam pun sangat berbeda. Dulu Estes dicekoki bahwa Islam itu adalah teroris, pembajak, pemerkosa, tukang bom, dan penganut agama pagan yang mencium tanah lima kali sehari serta menyembah batu hitam di padang pasir (hlm. 14).
Paradigma Estes tentang Islam yang menakutkan tersebut luntur setelah mengenal seorang muslim bernama Mohammed. Dunia bisnis yang dijalani mereka berdua membuat keduanya sering berkomunikasi. Awalnya, Estes malah berfikiran untuk mengkristenkan mitra bisnisnya. percakapan mengenai akidah pun mulai tampak. Tentang kepercayaan tentang Moses (Nabi Musa) yang membelah lau merah, pasangan Adam dan Eva (Hawa), kepercayaan tentang Yesus (Nabi Isa). Mohammed menjawab semuanya dengan jawaban yang diinginkan Estes. Dia merasa aneh dan penasaran akan Islam.
Kekokohan Estes dalam agama Kristen menjadi luntur setelah mengetahui bahwa kitab suci dalam Islam hanya satu dan itu pun tidak berubah sejak diutusnya Nabi Muhammad Saw hingga sekarang. di Saudi Arabia dan di manapun tempatnya al-Qurannya tetap sama. berbeda dengan injil yang banyak macamnya, ada injil King James, injil revisi standar, injil versi Jimmy Swaggart, injil Katolik, dan injil Protestan. Estes merasa heran bagaimana bisa sebuah kitab yang telah berumur lebih 13 abad tidak berubah satu huruf pun. Sejak itulah estes mulai belajar tentang Islam. Kristal dari pembelajarannya berujung pada niatnya menjadi seorang muslim (muallaf).
Tokoh lainnya yang dikisahkan dalam buku ini adalah Igrid Mattson; muallaf pribumi yang menjadi wanita pertama memimpin organisasi muslim terbesar di Amerika Utara. Dari sosok Igrid ini pembaca diajarkan agar selalu percaya diri tentang agama Islam. Pasalnya, saat itu menjadi orang Islam selalu terdiskriminasi karena kelompoknya yang minim. Igrid mengajarkan bahwa suara yang lantang sangat penting, hal ini agar dunia mengetahui apa yang kita katakan (hlm. 48).
Keimanan para muallaf lebih kuat ketimbang keimanan seorang muslim keturunan. Walaupun hal ini tidak dapat dibenarkan seratus persen tetapi saya meyakini hal tersebut. Karena bagi saya para muallaf menganut agama Islam berdasarkan kesadaran akan kebenaran Islam yang ditampakkan oleh Allah melalui berbagai situasi dan keadaan. Keteguhan para muallaf dalam memeluk agama Islam tidak akan pernah luntur walau diberi iming-iming apapun. Tetapi bagi orang Islam keturuan terkadang rela melepas agamanya demi harta, kedudukan, bahkan hanya untuk perempuan cantik.
Malcolm X, salah satu tokoh revolusioner Afro-Amerika yang menemukan kebenaran Islam. Dari sosok Malcolm pembaca diajarkan untuk semangat memegang teguh kesetaraan manusia di atas bumi, tidak ada beda orang berkulit putih dan orang berkulit hitam. Untuk mengangkat martabat orang kulit hitam, Malcolm berani bicara terang-terangan di depan publik bahwa “Selama 400 tahun, orang kulit putih telah menikam orang kulit hitam dengan belati sepanjang 30 cm di pungungnya. Sekarang mereka (kulit putih) baru mencabutnya 15 cm. Apakah saya harus berterimakasih? Walaupun belati itu dicabut seluruhnya, tentu akan meninggalkan bekas luka” (hlm. 54).
Lew Alcindor, si jago slam dunk dan skyhook NBA yang merubah namanya menjadi Kareem Abdul Jabbar setelah memeluk Islam. Saat itu, perpindahan agama menjadi pandangan politis karena hal ini sezaman dengan Malcolm X yang kerap mempresentasikan kesetaraan yang rasis kulit putih. Bagi Kareem Abdul Jabbar, menjadi seorang muslim adalah hasil dari perjalanan spiritualnya setelah mempelajari Alkitab dan al-Quran. Kareem merasa menemukan kebenaran dalam kitab suci orang Islam dan ia memilih untuk mengaplikasikan dan mengikutinya (hlm. 141). Kareem mengajak pembaca agar selalu mengejar pengetahuan karena pengetahuan adalah kekuatan.
Ada sebanyak 24 muallaf tokoh dunia yang dituliskan Muhammad Yusuf Anas dan Lukman Santoso AZ dalam buku ini. Yusuf dan Lukman berharap dengan hadirnya buku ini pembaca dapat melihat lebih jernih serta menjadi seorang muslim yang lebih taat (taqwa). Kisah yang disampaikan juga renyah dibaca walau tidak semolek perjalanan novel atau cerpen karena yang ditekankan di sini berupa penghayatan dan pembelajaran.

Data Buku
Judul: Para Muallaf
Penulis: Muhammad Yusuf Anas dan Lukman Santoso AZ
Penerbit: Sabil (PT DIVA Press) Jogjakarta
Cetakan: Pertama, Juni 2013
Tebal: 222 Halaman
Peresensi: Achmad Marzuki, pemilik twitter @JuckyAntik

*Pernah tayang di Jateng Pos, 28 Juli 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar