Pengembaraan Spiritual Para Muallaf
Buku ini berisi tentang
proses pengembaraan spiritual para muallaf dunia dalam mencari atau menerima
cahaya Islam. Saya yakin seorang yang beragama Islam sejak lahir (Islam
keturunan) tidak musti lebih baik islamnya ketimbang seorang yang menjadi Islam
setelah dewasanya (muallaf). Ada hal-hal menarik yang dibawa oleh para muallah
dan hal seperti inilah yang tidak bisa didapatkan dari seorang yang telah
menjadi muslim sejak lahir. Para muallaf menjalani kehidupannya dengan berbagai
cobaan yang biasanya datang dari keluarga dekatnya sendiri.
Para muallaf yang
dikisahkan di sini bukanlah orang biasa. Mereka adalah para tokoh dunia yang
kebanyakan dari mereka beragama katolik taat. Seperti Yusuf Estes, dia dulunya
adalah seorang misionaris sukses, telah mengkristenkan banyak ‘domba-domba yang
tersesat’. Pandangan Estes pada Islam pun sangat berbeda. Dulu Estes dicekoki
bahwa Islam itu adalah teroris, pembajak, pemerkosa, tukang bom, dan penganut
agama pagan yang mencium tanah lima kali sehari serta menyembah batu hitam di
padang pasir (hlm. 14).
Paradigma Estes tentang Islam
yang menakutkan tersebut luntur setelah mengenal seorang muslim bernama
Mohammed. Dunia bisnis yang dijalani mereka berdua membuat keduanya sering
berkomunikasi. Awalnya, Estes malah berfikiran untuk mengkristenkan mitra
bisnisnya. percakapan mengenai akidah pun mulai tampak. Tentang kepercayaan
tentang Moses (Nabi Musa) yang membelah lau merah, pasangan Adam dan Eva (Hawa),
kepercayaan tentang Yesus (Nabi Isa). Mohammed menjawab semuanya dengan jawaban
yang diinginkan Estes. Dia merasa aneh dan penasaran akan Islam.
Kekokohan Estes dalam
agama Kristen menjadi luntur setelah mengetahui bahwa kitab suci dalam Islam
hanya satu dan itu pun tidak berubah sejak diutusnya Nabi Muhammad Saw hingga
sekarang. di Saudi Arabia dan di manapun tempatnya al-Qurannya tetap sama.
berbeda dengan injil yang banyak macamnya, ada injil King James, injil revisi standar,
injil versi Jimmy Swaggart, injil Katolik, dan injil Protestan. Estes merasa
heran bagaimana bisa sebuah kitab yang telah berumur lebih 13 abad tidak
berubah satu huruf pun. Sejak itulah estes mulai belajar tentang Islam. Kristal
dari pembelajarannya berujung pada niatnya menjadi seorang muslim (muallaf).
Tokoh lainnya yang
dikisahkan dalam buku ini adalah Igrid Mattson; muallaf pribumi yang menjadi
wanita pertama memimpin organisasi muslim terbesar di Amerika Utara. Dari sosok
Igrid ini pembaca diajarkan agar selalu percaya diri tentang agama Islam. Pasalnya,
saat itu menjadi orang Islam selalu terdiskriminasi karena kelompoknya yang
minim. Igrid mengajarkan bahwa suara yang lantang sangat penting, hal ini agar
dunia mengetahui apa yang kita katakan (hlm. 48).
Keimanan para muallaf
lebih kuat ketimbang keimanan seorang muslim keturunan. Walaupun hal ini tidak
dapat dibenarkan seratus persen tetapi saya meyakini hal tersebut. Karena bagi
saya para muallaf menganut agama Islam berdasarkan kesadaran akan kebenaran Islam
yang ditampakkan oleh Allah melalui berbagai situasi dan keadaan. Keteguhan para
muallaf dalam memeluk agama Islam tidak akan pernah luntur walau diberi
iming-iming apapun. Tetapi bagi orang Islam keturuan terkadang rela melepas
agamanya demi harta, kedudukan, bahkan hanya untuk perempuan cantik.
Malcolm X, salah satu
tokoh revolusioner Afro-Amerika yang menemukan kebenaran Islam. Dari sosok Malcolm
pembaca diajarkan untuk semangat memegang teguh kesetaraan manusia di atas
bumi, tidak ada beda orang berkulit putih dan orang berkulit hitam. Untuk mengangkat
martabat orang kulit hitam, Malcolm berani bicara terang-terangan di depan
publik bahwa “Selama 400 tahun, orang kulit putih telah menikam orang kulit
hitam dengan belati sepanjang 30 cm di pungungnya. Sekarang mereka (kulit
putih) baru mencabutnya 15 cm. Apakah saya harus berterimakasih? Walaupun belati
itu dicabut seluruhnya, tentu akan meninggalkan bekas luka” (hlm. 54).
Lew Alcindor, si jago
slam dunk dan skyhook NBA yang merubah namanya menjadi Kareem Abdul Jabbar setelah
memeluk Islam. Saat itu, perpindahan agama menjadi pandangan politis karena hal
ini sezaman dengan Malcolm X yang kerap mempresentasikan kesetaraan yang rasis
kulit putih. Bagi Kareem Abdul Jabbar, menjadi seorang muslim adalah hasil dari
perjalanan spiritualnya setelah mempelajari Alkitab dan al-Quran. Kareem merasa
menemukan kebenaran dalam kitab suci orang Islam dan ia memilih untuk
mengaplikasikan dan mengikutinya (hlm. 141). Kareem mengajak pembaca agar
selalu mengejar pengetahuan karena pengetahuan adalah kekuatan.
Ada sebanyak 24 muallaf
tokoh dunia yang dituliskan Muhammad Yusuf Anas dan Lukman Santoso AZ dalam
buku ini. Yusuf dan Lukman berharap dengan hadirnya buku ini pembaca dapat
melihat lebih jernih serta menjadi seorang muslim yang lebih taat (taqwa). Kisah
yang disampaikan juga renyah dibaca walau tidak semolek perjalanan novel atau
cerpen karena yang ditekankan di sini berupa penghayatan dan pembelajaran.
Data Buku
Judul: Para Muallaf
Penulis: Muhammad Yusuf
Anas dan Lukman Santoso AZ
Penerbit: Sabil (PT DIVA
Press) Jogjakarta
Cetakan: Pertama, Juni 2013
Tebal: 222 Halaman
Peresensi: Achmad Marzuki, pemilik twitter @JuckyAntik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar