Berani Bermimpi Adalah
Langkah Awal Menuju Kemenangan
Mengasuh sebuah tim Marching Band di daerah
pedalaman untuk menghadapi kompetisi Grand Prix Marching Band (GPMB) tingkat nasional tidaklah mudah. Karena kepercayaan
orang pelosok biasanya kurang percaya pada diri sendiri, yang artinya mereka
telah kalah sebelum bertanding. Sebagai pelatih, Rene sadar betul keadaan itu
dan ia tidak mau anak didiknya berkecil hati. Bagi Rene, semua orang memiliki
kapasitas yang sama dalam meraih impian dan menggapai tujuan. Rene ingin
menegaskan bahwa sebuah mimpi adalah kepercayaan awal untuk menang.
Rene adalah lulusan dari fakultas Music Education and
Human Learning Universitas ternama di Amerika. Saat kuliah dulu dia pernah
bergabung dengan Phantom Regiment, sebuah marching band terkemuka di dunia. Dari
sini, Rene hadir dengan karakter penuh semangat juang nan profesional. Selama menjadi
pelatih tim marching band di Jakarta, tiga tahun berturut-turut timnya menyabet
gelar juara pada ajang GPMB di Jakarta. Dengan latar belakang seperti itulah Rene
ingin membawa Marching Band Bontang Pupuk Kaltim ini menuju kemenangan.
Anak-anak didikan Rene memang berpotensi menjadi
pemenang. Seperti pisau yang dibuat dari baja, tajam tak kenal tumpul, tetapi
untuk menjadi pisau yang tangguh harus dibakar, dipukul, dibakar lagi, dipukul
lagi dan diasah hingga mengkilat. Masalahnya, yang dihadapi Rene bukan sekadar melatih teknik
bermain musik, melainkan permasalahan dengan orangtua yang tak mendukung
anaknya. Ini terjadi pada Eliane. Perempuan yang sejak mengenal biola telah
menemukan dunianya; musik. Josuke Higoshi, ayah Eliane menganggap bahwa marching
band cuma hura-hura. (hlm 71)
Kondisi sulit lainnya yang dihadapi Rene adalah;
mempunyai anak didik yang memiliki keterbatasan pendengaran. Tara, perempuan
berkerudung yang terus berusaha menguasai snare
drum tetapi selalu saja gagal akibat kelemahannya. Tidak jarang Rene
membentak Tara untuk selalu mengingat nada-nada. Dengan cara ajar Rene yang
cukup keras membuat Tara berciut nyali, mengundurkan diri. Tara merasa, dirinyalah
yang menjadi pengganjal dan gagalnya latihan.
Sikap bijak sang Opa menentramkan hatinya dengan memberi
kiasan mobil mogok. Orang yang berusaha keras menuju kemenangan sama seperti
mobil mogok yang didorong di jalan tanjakan, sulit dan berat. Jika dilepas akan
merosot ke bawah dan harus mengulang lagi dari awal. Tetapi setelah tanjakan
pasti ada jalan landai menuju bengkel terdekat. (hlm 155-161) Kejadian Tara
juga merangsang Rene agar melihat sisi lain, yaitu mengajar dengan hati.
Ada lagi anggota Rene yang lain, Lahang. Pemuda yang
untuk menuju tempat latihan harus melintasi jarak berkilo-kilo meter, yang di
tengah jalan tak jarang bertemu buaya muara melintang. Tokoh Lahang hampir mirip
dengan tokoh Lintang pada novel Laskar Pelanginya Andrea Hirata.
Sebuah janji pada sang ayah lah yang selalu
mendorongnya berlatih keras. Dilema menimpa Lahang setelah tahu bahwa ayahnya
meninggal karena kanker otak sebelum Lahang pulang membawa piala juara. Sekali lagi,
Rene meyakinkan Lahang bahwa jika dia pulang saat ini, di detik-detik menjelang
tampil di atas panggung, akan mengecewakan ayahnya.
“Kamu pernah bilang pada saya bahwa kamu ingin
sekali membuat bapakmu bangga, bukankah ini waktunya? Kamu punya kesempatan
membawa pulang piala kemenangan. Bapakmu memang tidak akan pernah melihatnya. Tapi,
piala itu akan selalu membuatmu selalu ingat pada satu waktu dalam hidupmu kamu
lakukan sesuatu yang kamu pikir tidak mungkin kamu lakukan” (hlm 317). Keyakinan
Lahang tersulut setelah mendengar lengkingan elang. Ingat bahwa di kehidupan
selanjutnya, ayahnya ingin menjadi elang, lambang dari keberanian menjalani
hidup.
Novel setebal 343 halaman ini ditulis dengan kisah
yang sedikit dramatis namun menginspirasi. Mengisahkan tentang keberanian menggenggam
impian melawan pertentangan, memilih mimpi atau keinginan orangtua, menata
kekurangan menjadikannya kelebihan, memupuk semangat menjadi pemenang. Oka Aurora
seperti menanam bibit-bibit semangat dalam buku ini. Berharap para pembaca akan
tertular semangat mempercayai mimpi menggapai tujuan menjadi pemenang. Itu semua
berhasil dilakukannya. Pamungkas semangat tertulis di sampul belakang dari buku
ini; “Mereka berlatih ribuan jam hanya demi 12 menit penentuan. Mereka bertekad
membuktikan pada dunia. Bahwa mimpi harus dipercaya agar terwujud. Dreaming is believing!”.
Data Buku
Judul: 12 Menit
Penulis: Oka Aurora
Penerbit: Noura Books, Jakarta Selatan
Cetakan: Pertama, Mei 2013
Tebal: xiv + 343 Halaman
Peresensi: Achmad Marzuki, pemilik akun twitter @JuckyAntik
*Diikutsertakan dalam lomba resensi buku #12Menit di
Tidak ada komentar:
Posting Komentar