Jumat, 05 Juli 2013

Resensi 12 Menit

Berani Bermimpi Adalah Langkah Awal Menuju Kemenangan
Mengasuh sebuah tim Marching Band di daerah pedalaman untuk menghadapi kompetisi Grand Prix Marching Band (GPMB)  tingkat nasional tidaklah mudah. Karena kepercayaan orang pelosok biasanya kurang percaya pada diri sendiri, yang artinya mereka telah kalah sebelum bertanding. Sebagai pelatih, Rene sadar betul keadaan itu dan ia tidak mau anak didiknya berkecil hati. Bagi Rene, semua orang memiliki kapasitas yang sama dalam meraih impian dan menggapai tujuan. Rene ingin menegaskan bahwa sebuah mimpi adalah kepercayaan awal untuk menang.
Rene adalah lulusan dari fakultas Music Education and Human Learning Universitas ternama di Amerika. Saat kuliah dulu dia pernah bergabung dengan Phantom Regiment, sebuah marching band terkemuka di dunia. Dari sini, Rene hadir dengan karakter penuh semangat juang nan profesional. Selama menjadi pelatih tim marching band di Jakarta, tiga tahun berturut-turut timnya menyabet gelar juara pada ajang GPMB di Jakarta. Dengan latar belakang seperti itulah Rene ingin membawa Marching Band Bontang Pupuk Kaltim ini menuju kemenangan.
Anak-anak didikan Rene memang berpotensi menjadi pemenang. Seperti pisau yang dibuat dari baja, tajam tak kenal tumpul, tetapi untuk menjadi pisau yang tangguh harus dibakar, dipukul, dibakar lagi, dipukul lagi dan diasah hingga mengkilat. Masalahnya,  yang dihadapi Rene bukan sekadar melatih teknik bermain musik, melainkan permasalahan dengan orangtua yang tak mendukung anaknya. Ini terjadi pada Eliane. Perempuan yang sejak mengenal biola telah menemukan dunianya; musik. Josuke Higoshi, ayah Eliane menganggap bahwa marching band cuma hura-hura. (hlm 71)
Kondisi sulit lainnya yang dihadapi Rene adalah; mempunyai anak didik yang memiliki keterbatasan pendengaran. Tara, perempuan berkerudung yang terus berusaha menguasai snare drum tetapi selalu saja gagal akibat kelemahannya. Tidak jarang Rene membentak Tara untuk selalu mengingat nada-nada. Dengan cara ajar Rene yang cukup keras membuat Tara berciut nyali, mengundurkan diri. Tara merasa, dirinyalah yang menjadi pengganjal dan gagalnya latihan.
Sikap bijak sang Opa menentramkan hatinya dengan memberi kiasan mobil mogok. Orang yang berusaha keras menuju kemenangan sama seperti mobil mogok yang didorong di jalan tanjakan, sulit dan berat. Jika dilepas akan merosot ke bawah dan harus mengulang lagi dari awal. Tetapi setelah tanjakan pasti ada jalan landai menuju bengkel terdekat. (hlm 155-161) Kejadian Tara juga merangsang Rene agar melihat sisi lain, yaitu mengajar dengan hati.
Ada lagi anggota Rene yang lain, Lahang. Pemuda yang untuk menuju tempat latihan harus melintasi jarak berkilo-kilo meter, yang di tengah jalan tak jarang bertemu buaya muara melintang. Tokoh Lahang hampir mirip dengan tokoh Lintang pada novel Laskar Pelanginya Andrea Hirata.
Sebuah janji pada sang ayah lah yang selalu mendorongnya berlatih keras. Dilema menimpa Lahang setelah tahu bahwa ayahnya meninggal karena kanker otak sebelum Lahang pulang membawa piala juara. Sekali lagi, Rene meyakinkan Lahang bahwa jika dia pulang saat ini, di detik-detik menjelang tampil di atas panggung, akan mengecewakan ayahnya.
“Kamu pernah bilang pada saya bahwa kamu ingin sekali membuat bapakmu bangga, bukankah ini waktunya? Kamu punya kesempatan membawa pulang piala kemenangan. Bapakmu memang tidak akan pernah melihatnya. Tapi, piala itu akan selalu membuatmu selalu ingat pada satu waktu dalam hidupmu kamu lakukan sesuatu yang kamu pikir tidak mungkin kamu lakukan” (hlm 317). Keyakinan Lahang tersulut setelah mendengar lengkingan elang. Ingat bahwa di kehidupan selanjutnya, ayahnya ingin menjadi elang, lambang dari keberanian menjalani hidup.
Novel setebal 343 halaman ini ditulis dengan kisah yang sedikit dramatis namun menginspirasi. Mengisahkan tentang keberanian menggenggam impian melawan pertentangan, memilih mimpi atau keinginan orangtua, menata kekurangan menjadikannya kelebihan, memupuk semangat menjadi pemenang. Oka Aurora seperti menanam bibit-bibit semangat dalam buku ini. Berharap para pembaca akan tertular semangat mempercayai mimpi menggapai tujuan menjadi pemenang. Itu semua berhasil dilakukannya. Pamungkas semangat tertulis di sampul belakang dari buku ini; “Mereka berlatih ribuan jam hanya demi 12 menit penentuan. Mereka bertekad membuktikan pada dunia. Bahwa mimpi harus dipercaya agar terwujud. Dreaming is believing!”.

Data Buku
Judul: 12 Menit
Penulis: Oka Aurora
Penerbit: Noura Books, Jakarta Selatan
Cetakan: Pertama, Mei 2013
Tebal: xiv + 343 Halaman
Peresensi: Achmad Marzuki, pemilik akun twitter @JuckyAntik

*Diikutsertakan dalam lomba resensi buku #12Menit di


Tidak ada komentar:

Posting Komentar