Potret Inspiratif Para
Perantau
Merantaulah.
Gapailah setinggi-tingginya impianmu. Bepergianlah. Maka ada lima keutamaan
untukmu; melipur duka, memulai penghidupan baru, memperkaya budi, pergaulan
yang terpuji, dan meluaskan ilmu.
Syair di atas
diadaptasi dari bait-bait Imam Syafi'i. Banyak sekali mereka yang berhasil
meraih mimpinya digapai di tanah rantau. Dari penuturan Imam Syafi'i tersebut
dengan jelas dapat kita ketahui bahwa ada banyak hal yang musti didapat oleh
perantau. Paling tidak ada lima. Pertama, sebagai pelipur lara. Seperti yang
dikisahkan Awiek Libra dalam buku ini. Kegusaran hatinya dilepaskan dengan
pergi ke Hongkong (hlm. 130).
Awiek merasa
malu. Ibunya melahirkan adiknya yang kelima. Padahal keadaan ekonominya sangat
tidak mendukung. Rumahnya masih terbuat dari gedek bambu. Dengan hati dongkol
Awiek pergi merantau ke negeri yang bahasanya sama sekali tak dapat dimengerti.
Alasannya agar ekonomi keluarganya sedikit membaik. Keharmonisan sosial akan
terbentuk manakala komunikasinya terjalin lancar.
Kisah Ilham
Maulana lain lagi. Ilham berniat merantau guna melanjutkan jenjang
pendidikannya di bidang kimia. Lambatnya kedatangan nilai TOEFL yang awalnya
membuatnya putus asa ternyata menyimpan seribu hikmah. Awalnya Ilham bermaksud
melanjutkan pendidikannya di Australia. Tetapi takdir berkata lain. Ilham
merantau ke Jerman dan langsung ke S3 karena nilai akademiknya lebih dari
rata-rata.
Awalnya Ilham
sudah putus asa karena proyek laboratoriumnya tidak kunjung menghasilkan
kemajuan nyata. Sebulan lagi dia harus melaporkan perkembangan penelitiannya.
Jika tidak, alokasi beasiswanya bisa dicabut. Semangat sudah luntur, niat
mundur telah muncul. Saat itulah dia berkonsultasi dengan Prof. Eva, mentornya.
Ilham mendapat angin segar setelah menemukan sebutir kristal dari tabung reaksi
kecil yang sebulan lalu dipakainya (hlm. 15).
Hal yang tak
terduga ini ternyata merupakan pintu awal menuju kesuksesannya. Ternyata
butiran kristal itu termasuk dari penemuan baru, senyawa baru dalam kimia yang
belum pernah terpola. Setelah lulus dari Jerman. Wajah Australia semakin jelas.
Ingin sekali Ilham menambah pengetahuannya di sana. Tak dinyana, lagi-lagi
ilham mendapat bintang jatuh. Ada tawaran dari Prof. Eva untuk membantu
penelitian Prof. Wild di The Australian National University. Tercapailah mimpi
Ilham untuk menginjakkan kakinya di Australia sebagai peneliti bukan pelajar.
Menjalani
kehidupan di negeri rantau memang rentan dengan tantangan. Inilah yang akan
menjadikan pribadi semakin mapan. Berani menatap masa depan yang suram,
merubahnya menjadi terang tak sekadar temaram. Indonesia sebagai Negara tropis
sering kali membuat jetlag warganya yang merantau. Musim tidak hanya kemarau
dan penghujan, bertambah dengan musim dingin dan musim semi. Bukan masalah
sepele menghadapi musim yang suhunya mencapai minus 24 derajad.
Perjalanan
dinas ke luar negeri memang selalu menjadi impian setiap orang. tetapi tidak
semuanya nyaman dijalanai. Rinto Priambodo harus ekstra keras melawan hawa
dingin di Mongolia. Lembar-lembar pakaian harus dikenakannya tiap hari. tanpa
pakaian khusus musim dingin, seseorang akan tetap merasakan dingin walau pun
sudah memakai lima rangkap pakaian.
Masalah
penerbangan juga menjadi kendala bagi perantau yang dalam misi proyek atau
kerja bertempo. Rinto harus menunggu pesawat lebih dari 24 jam dalam
perjalanannya menuju Mongolia, pulangnya pun juga begitu. Patner Rinto merasa
tidak tahan dengan dinginnya yang mengigit tulang. Apa boleh dikata, proyek
yang dikerjakannya tak kunjung selesai. Siang dan malam Rinto mengerjakannya. Siang
di tempat klien, malamnya di apartemen (hlm. 51).
Masalah makan
juga menjadi kendala. Walaupun tempo waktu selalu ditambah dan ditambah,
akhirnya proyek kerjanya selesai juga dan dapat lagi berkumpul dengan
keluarganya di tanah kelahirannya. Merantau dapat menambah rasa cinta pada
keluarga dan Ibu Pertiwi.
Dari tiga
belas kisah yang dipaparkan dalam buku ini, ada satu poin yang sama. Yaitu
kegigihan para perantau dalam kegiatan hariannya guna meraih impian. Semangat
juang yang ditampilkan tidak sekadar cerita belaka. Semangat inilah kiranya
yang ingin disematkan dalam diri pembaca. maka tidak salah jika Ahmad Fuadi
menamainya sebagai portet inspiratif para perantau di tanah rantau.
Juga tidak
ketinggalan adalah kesadaran para perantau bahwa tanpa bantuan Sang Ilahi,
semua tak akan berjalan lancar. Keyakinan dan keimanan para perantau di sini
sangat kuat. Mereka rela meninggalkan hangatnya kasur, meraih sejuknya ibadah
pada Tuhan. Tidak jarang mereka diam-diam saat melaksanakan ibadah, terutama
shalat lima waktu. Ketangguhan iman benar-benar teruji manakala kita berada
dalam lingkungan yang berbeda.
Tidak salah
jika buku berjudul Berjuang di
Tanah Rantau ini masuk dalam
kategori man jadda wajada series. Membaca buku ini akan
melahirkan aura semangat baru dalam menjalani hidup. Pula akan menambah rasa
cinta pada sang pencipta. Harus diyakini bahwa Allah adalah tuhan yang maha
tidak merepotkan. Karena segala persoalan telah disediakan solusinya. Dan semua
itu akan mudah didapat jika kita benar-benar bersungguh-sungguh meraihnya.
Data Buku
Judul: Berjuang di Tanah Rantau
Penulis: Ahmad Fuadi dkk
Penerbit: Bentang Pustaka, Yogyakarta
Cetakan: Pertama, Juli 2013
Tebal: xvii + 180 halaman
Peresensi:
Achmad Marzuki, pemilik twitter @JuckyAntik
*Pernah tayang di Jateng Pos, 1 September 2013