Minggu, 18 Januari 2015

Wanita Busuk

20 12 14

Sebenarnya judulnya terlalu sadis. Masih bingung cari diksi yang baik. Tapi setidaknya, begini jelas kisahnya.

Semalam, malam Sabtu, aku ditugasi menjaga ujian Diniyah Daltim. Semua anak didiknya santri wati dari pelbagai instansi. Ada MTs, SMP, MAN, MA dan SMA. Tidak seperti wanita biasanya. Mereka sangat jorok jika dinilai dari pandangan santri. Liar. Suka memotong pembicaraan orang lain. Terbahak dengan mulut terbuka lebar. Mulutnya bau, beraroma makanan murahan. Makan berdiri. Minum berjalan. Berjalannya dengan sandal berbunyi memuakkan, seperti orang tak kuat ngangkat sandalnya saja.

Santri wati sekarang juga suka memelas jika ada maunya (di depan guru) dan tak mau dibebani tugas yang meningkatkan kualitas. Manja. Sombong. Tak mau capek berfikir atau bersikap sopan. Suka mengejek guru di depan gurunya saat pelajaran berlangsung. Mengabaikan guru dengan rujaan di kelas saat gurunya menerangkan. Tiduran di lantai di belakang bangku (lantai kelasnya bersih. Sepatu di luar kelas). Duduk di atas meja di luar kelas sudah pemandangan biasa (yang kulihat di SMA, entah yang lain).

Harus kunamai sebagai wanita macam apa jika tingkah lakunya demikian adanya? Memang, itu hanya semua sifat buruk mereka saja. Tak kusebutkan yang baik-baiknya. Kata mereka berarti sifat-sifat sialan itu ada di banyak badan. Mayoritas, begitu lah realitasnya. Ah, wanita jaman sekarang banyak yang kardi, semua inginnya musti terjadi. Jika tidak, ia ngambek marah dan mengancam hal-hal yang membosankan. Masih terlalu burukkah wanita begitu kunamai sebagai wanita busuk? Atau perempuan setan? Perempuan setengah Medusa?


Berilah mereka hidayah ya Allah. Bimbinglah kami menuju cinta abadimu. Ini bukan menyuruh atau menuntun apalagi menuntut, tapi doa dan harapan. Aku tak tahu bahasa halus saat berdoa. Yang jelas aku tak patut memaksa Tuhan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar