Jumat, 31 Mei 2013

Resensi Islamic Public Speaking

Kiat Menjadi Public Speaker Andal
Oleh Achmad Marzuki
Pegiat Farabi Institute, Anggota CSS MoRA IAIN Walisongo Semarang
Apakah Anda mengenal Adolf Hitler, Bung Karno, Mario Teguh, dan Ari Ginanjar? Mereka adalah pembicara handal di depan banyak pendengar. Dengan pidato provolatifnya, Hitler mampu merangkul daratan Jerman. Bung Karno di mata dunia dikenal sebagai Singa Podium. Semangat rakyat kian mendera saat mendengar suara presiden pertama kita ini. Mario Teguh, dengan sikap santai dan cara berbicara yang cerdas ia mampu membawa perubahan pada pendengarnya. Begitu pula dengan Ari Ginanjar.
Mereka adalah public speaker profesional yang andal. Ketika mereka mulai berbicara, semua audiens akan diam menyimak. Tidak sedikit para audiens terbawa suasana dalam pembicaraan sang speaker. Bahkan berkat pembicara, prilaku dan keadaan psikologi pendengar menjadi berubah lebih baik. Apa sebenarnya rahasia mereka memikat perhatian audiens?
Dalam buku bertajuk Islamic Public Speaking, A Powerful Secret for Powerful Muslim Public Speaker besutan SuperFikr dengan sangat lugas membongkar semua rahasia menjadi publik speaker profesional. SuperFikr yang bernama asli Fikri Abdillah berbagi pengalaman menjadi pembicara berkarakter. Fikri memaparkan bagaimana metode mengambil simpatik pendengar dan apa saja yang harus dihindari saat menjadi pembicara di muka publik. Ternyata ada banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum tampil di atas panggung.
Berbicara di muka umum bukanlah hal yang mudah. Ada banyak kegetiran yang biasa muncul. Rasa tidak percaya diri, gugup, gemetar, takut salah, dan kegetiran lainnya. Rasa tidak percaya diri ini muncul, salah satunya disebabkan wawawan yang kurang komprehensif.
Menurut Aristoteles, untuk mempengaruhi seseorang, dibutuhkan setidaknya tiga poin. Pertama,  pembicara harus tampil dengan paradigma bahwa ia memiliki pengetahuan yang luas dan kepribadian yang terpercaya. Kedua, harus mampu mengambil emosi khalayak. Perasaan ini sangat penting. Metodenya dengan memaparkan bukti-bukti terpercaya. Ketiga, memberikan logika yang tidak rancu (hlm. 5-6). Dari ketiganya, yang terpenting ialah mengolah emosi pendengar agar tetap fokus karena manusia sangat mudah untuk bosan.
Hal sangat penting lainnya, yaitu melihat tingkat pengetahuan pendengar. Sepintar apapun seseorang jika berbicara dengan orang yang tingkat pemikirannya di bawah level, audiens tidak akan paham. Karena tujuan speaking adalah saling mengerti dan memahamkan. Oleh karenanya Umar bin Khattab pernah berujar “Berbicaralah kalian dengan orang, sesuai kemampuannya”. Jika berbicara di depan orang desa, jangan menggunakan kosa kata bernuansa ilmiah ala mahasiswa.
Hal yang patut dihindari sebagai seorang public speaker adalah berbicara yang belum tentu ia mampu melaksanakannya. Audiens biasanya selalu memantau pekerjaan dan kepribadian seorang da’i. Hal lainnya yang harus dihindari ialah pamer ilmu. Maksudnya, hanya membeberkan berbagai keilmuan yang dimiliki tanpa disandingi dengan rasa tawadu’ atau tidak sombong. Dan jangan merasa sok. Contohnya dalam menyampaikan contoh, sebaiknya menggunakan subjek orang lain saja, jangan mencontohkan diri sendiri.
Fikri juga menampilkan sosok manusia paling agung sebagai contoh panutan. Ialah Nabi Agung Muhammad Rasulullah saw (hlm. 81-86). Sebagai seorang Nabi, beliau diberkahi dengan fisik yang menarik. Berpenampilan menarik bukanlah hal buruk untuk ditiru. Kedua, menyelipkan humor yang cerdas. Di Indonesia memiliki tokoh humoris yang brilian, dialah Gus Dur. Di akhir bicaranya tidak jarang Gus Dur menelurkan jok-jok berkualitas.
Cara bicara Nabi dikenal jelas, rapi, mudah dipahami, padat, dan penuh makna. Maka tidak salah ahli bahasa menuturkan paling baiknya perkataan ialah perkataan yang sedikit dan bermakna. Artinya kualitasnya komprehensif. Tidak mudah mencari kemarahan Nabi, beliau selalu menyunggingkan senyum di sela-sela sabdanya. Dan yang terakhir Nabi sangat mengkormati audiens.
Sebenarnya buku ini tidak hanya terbatas bagi orang musli untuk menjadi pembicara unggul penuh energi. Siapapun patut menerima bocoran cerdas ini. Karena buku ini juga menuntut speaker memiliki karakter. Penuturan Fikri tidak membutuhkan dua kali berfikir untuk melaksanakannya. Kosa kata yang dipakai begitu mudah dipaham. Pengalamannya sebagai public speaker mempermudah pembaca memahami apa yang dipaparkannya. Jika anda berminat menjadi motivator unggul, buku ini tepat dijadikan rujukan.

Data Buku
Judul: Islamic Public Speaking, A Powerful Secret for Powerful Muslim Public Speaker
Penulis: SuperFikr (Fikri Abdillah)
Penerbit: Tiga Serangkai, Solo
Cetakan: Pertama, Februari 2012
Tebal: xii + 116 Halaman
ISBN: 978-602-9211-43-6
*Pernah tayang di Rimanews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar