Senin, 06 April 2015

Setelah Kau Menahan Diri

070415, Probolinggo

Sepertinya kau kuat juga menahan rindu yang menggebu. Memang pernah kutulis status: Semakin banyak komunikasi, semakin banyak pula potensi bertikai.

Sudah sekitar seminggu ini kau tidak lagi rewel bertanya hal remeh tentangku. Biasanya, tiap jam sembilanan pagi kau memulai bertanya kabar. Dua hari pertama aku memang merasa nyaman. Tidak terganggu. Setelah tiga hari aku malah hawatir. Apakah ini karenaku?

Adik, aku rindu celotehmu yang remeh. Aku rindu pertanyaan takberbobotmu. Tidak adik, yang kurindu bukan itu semua, melainkan hanya dirimu, suaramu, ragamu.

Sungguh, setelah hasil solat istihoroh itu, inginku semakin menguat agar cepat bersamamu dalam lingkar agama yang sah. Aku tak ingin kau pergi, tak mungkin kubiarkan kau tinggalkanku.

Maka kemudian, kukutip kata-kata Tasaro GK dalam Novel Biografi Muhammad, dengan sedikit perubahan kata; Ketahuilah adik, andai syukur lebih tinggi kedudukannya ketimbang cinta. Maka sungguh, aku bersyukur mencintaimu. Itu baru permulaan, adik.

Jika telah tiba masaku padamu,
peluklah aku dengan senyummu.
Jika telah tiba ragaku padamu,
peluklah aku dengan kasihmu.
Jika telah tiba segala waktu,
peluklah aku dengan hangat cintamu.

O...
Wahai masa, mengapa jika harapan bersamamu kau seolah sangatlah jauh.
Sudah kuketahui teorinya:
bahwa hari kemarin akan terus menjauh dan hari esok akan terus mendekat.
Jika dua tahun dari sekarang kita targetkan menikah, maka kapan kita tunangan?

Adik, setelah mendengar kabarmu yang demikian di asramamu. Sakit, menangis, bingung... Semakin kuat inginku menjagamu kala mendengar tentangmu yang dijauhi senyum. Memelukmu hangat-hangat. Hingga kau merasa sesak tuk mencari orang-orang di masa lalumu.

Kau boleh menoleh tapi jangan berbalik apalagi pergi. Kau boleh berkomunikasi tapi jangan berhubungan apalagi merajut kenangan. Kau boleh meninggalkannya tapi jangan membenci apalagi memusuhi.
Kau boleh bernostalgia dalam kenangan tapi jangan ungkapkan dalam kenyataan. Kau boleh tapi jangan apalagi tentang dia.

O...
Adik, jariku akan terus mengetik jika tak kuhentikan. Masih banyak hal yang ingin kusampaikan. Mungkin bukan sekarang waktunya.

Selasa Pagi.
Matahari bersinar pucat tak hangat. Tapi cintaku akan tetap hangat padamu, adik.