Minggu, 01 September 2013

Resensi Berjuang di Tanah Rantau

Potret Inspiratif Para Perantau
Merantaulah. Gapailah setinggi-tingginya impianmu. Bepergianlah. Maka ada lima keutamaan untukmu; melipur duka, memulai penghidupan baru, memperkaya budi, pergaulan yang terpuji, dan meluaskan ilmu.
Syair di atas diadaptasi dari bait-bait Imam Syafi'i. Banyak sekali mereka yang berhasil meraih mimpinya digapai di tanah rantau. Dari penuturan Imam Syafi'i tersebut dengan jelas dapat kita ketahui bahwa ada banyak hal yang musti didapat oleh perantau. Paling tidak ada lima. Pertama, sebagai pelipur lara. Seperti yang dikisahkan Awiek Libra dalam buku ini. Kegusaran hatinya dilepaskan dengan pergi ke Hongkong (hlm. 130).
Awiek merasa malu. Ibunya melahirkan adiknya yang kelima. Padahal keadaan ekonominya sangat tidak mendukung. Rumahnya masih terbuat dari gedek bambu. Dengan hati dongkol Awiek pergi merantau ke negeri yang bahasanya sama sekali tak dapat dimengerti. Alasannya agar ekonomi keluarganya sedikit membaik. Keharmonisan sosial akan terbentuk manakala komunikasinya terjalin lancar.
Kisah Ilham Maulana lain lagi. Ilham berniat merantau guna melanjutkan jenjang pendidikannya di bidang kimia. Lambatnya kedatangan nilai TOEFL yang awalnya membuatnya putus asa ternyata menyimpan seribu hikmah. Awalnya Ilham bermaksud melanjutkan pendidikannya di Australia. Tetapi takdir berkata lain. Ilham merantau ke Jerman dan langsung ke S3 karena nilai akademiknya lebih dari rata-rata.
Awalnya Ilham sudah putus asa karena proyek laboratoriumnya tidak kunjung menghasilkan kemajuan nyata. Sebulan lagi dia harus melaporkan perkembangan penelitiannya. Jika tidak, alokasi beasiswanya bisa dicabut. Semangat sudah luntur, niat mundur telah muncul. Saat itulah dia berkonsultasi dengan Prof. Eva, mentornya. Ilham mendapat angin segar setelah menemukan sebutir kristal dari tabung reaksi kecil yang sebulan lalu dipakainya (hlm. 15).
Hal yang tak terduga ini ternyata merupakan pintu awal menuju kesuksesannya. Ternyata butiran kristal itu termasuk dari penemuan baru, senyawa baru dalam kimia yang belum pernah terpola. Setelah lulus dari Jerman. Wajah Australia semakin jelas. Ingin sekali Ilham menambah pengetahuannya di sana. Tak dinyana, lagi-lagi ilham mendapat bintang jatuh. Ada tawaran dari Prof. Eva untuk membantu penelitian Prof. Wild di The Australian National University. Tercapailah mimpi Ilham untuk menginjakkan kakinya di Australia sebagai peneliti bukan pelajar.
Menjalani kehidupan di negeri rantau memang rentan dengan tantangan. Inilah yang akan menjadikan pribadi semakin mapan. Berani menatap masa depan yang suram, merubahnya menjadi terang tak sekadar temaram. Indonesia sebagai Negara tropis sering kali membuat jetlag warganya yang merantau. Musim tidak hanya kemarau dan penghujan, bertambah dengan musim dingin dan musim semi. Bukan masalah sepele menghadapi musim yang suhunya mencapai minus 24 derajad.
Perjalanan dinas ke luar negeri memang selalu menjadi impian setiap orang. tetapi tidak semuanya nyaman dijalanai. Rinto Priambodo harus ekstra keras melawan hawa dingin di Mongolia. Lembar-lembar pakaian harus dikenakannya tiap hari. tanpa pakaian khusus musim dingin, seseorang akan tetap merasakan dingin walau pun sudah memakai lima rangkap pakaian.
Masalah penerbangan juga menjadi kendala bagi perantau yang dalam misi proyek atau kerja bertempo. Rinto harus menunggu pesawat lebih dari 24 jam dalam perjalanannya menuju Mongolia, pulangnya pun juga begitu. Patner Rinto merasa tidak tahan dengan dinginnya yang mengigit tulang. Apa boleh dikata, proyek yang dikerjakannya tak kunjung selesai. Siang dan malam Rinto mengerjakannya. Siang di tempat klien, malamnya di apartemen (hlm. 51).
Masalah makan juga menjadi kendala. Walaupun tempo waktu selalu ditambah dan ditambah, akhirnya proyek kerjanya selesai juga dan dapat lagi berkumpul dengan keluarganya di tanah kelahirannya. Merantau dapat menambah rasa cinta pada keluarga dan Ibu Pertiwi.
Dari tiga belas kisah yang dipaparkan dalam buku ini, ada satu poin yang sama. Yaitu kegigihan para perantau dalam kegiatan hariannya guna meraih impian. Semangat juang yang ditampilkan tidak sekadar cerita belaka. Semangat inilah kiranya yang ingin disematkan dalam diri pembaca. maka tidak salah jika Ahmad Fuadi menamainya sebagai portet inspiratif para perantau di tanah rantau.
Juga tidak ketinggalan adalah kesadaran para perantau bahwa tanpa bantuan Sang Ilahi, semua tak akan berjalan lancar. Keyakinan dan keimanan para perantau di sini sangat kuat. Mereka rela meninggalkan hangatnya kasur, meraih sejuknya ibadah pada Tuhan. Tidak jarang mereka diam-diam saat melaksanakan ibadah, terutama shalat lima waktu. Ketangguhan iman benar-benar teruji manakala kita berada dalam lingkungan yang berbeda.
Tidak salah jika buku berjudul Berjuang di Tanah Rantau ini masuk dalam kategori man jadda wajada series. Membaca buku ini akan melahirkan aura semangat baru dalam menjalani hidup. Pula akan menambah rasa cinta pada sang pencipta. Harus diyakini bahwa Allah adalah tuhan yang maha tidak merepotkan. Karena segala persoalan telah disediakan solusinya. Dan semua itu akan mudah didapat jika kita benar-benar bersungguh-sungguh meraihnya.

Data Buku
Judul: Berjuang di Tanah Rantau
Penulis: Ahmad Fuadi dkk
Penerbit: Bentang Pustaka, Yogyakarta
Cetakan: Pertama, Juli 2013
Tebal: xvii + 180 halaman
Peresensi: Achmad Marzuki, pemilik twitter @JuckyAntik
*Pernah tayang di Jateng Pos, 1 September 2013